Aku, anak seorang raja, yang diingini setiap wanita, menikah dengan seorang raksesi? Mimpi buruk pun tak pernah. Maka keluarlah semua kata-kata makian Narasoma, yang merasa dirinya dilecehkan sebagai seorang putra mahkota.
Tersinggung sang resi. Tapi ternyata dia orang sabar. Wajarlah namanya juga resi. Bagaspati bilang, janganlah Narasoma menilai putrinya dari sosok ayahnya. Lihatlah dulu dia baru boleh menilai. Anakku adalah seorang putri cantik, kata Bagaspati. Tapi mana Narasoma mau percaya. Anak raksasa ya pasti raksasa juga, katanya.
Maka kemudian sang resi menceritakan tentang anaknya. Katanya, anaknya suatu malam bermimpi, bertemu dengan seorang kesatria sangat tampan, dan menikah dengannya. Sang anak minta agar bapaknya berusaha menemukan pria impiannya itu. Maka berbulan-bulan sudah ia mencari sang pemuda, sampai bertemu dengan Narasoma sekarang dan ia punya firasat Narasoma-lah yang telah hadir dalam mimpi sang anak.
Mendengar cerita ini, dasar pemuda sombong, Narasoma tetap tak mau percaya. Dia malah menantang tanding dengan sang resi, karena tetap merasa dihina. Maka tak ada pilihan bagi Bagaspati meladeni pemuda sombong ini.
Narasoma pun melepas panah-panahnya, namun semua itu hancur sebelum menyentuh kulit sang resi. Semua ajian Narasoma dapat dengan mudah dipatahkan Bagaspati, dan akhirnya Narasoma pun dilumpuhkan sampai pingsan. Bagaspati pun kemudian membawanya terbang ke tempat tinggalnya, sebuah padepokan bernama Padepokan Argabelah.
Tiba di padepokan Narasoma siuman dan dia mendengar suara seorang wanita yang menjawab panggilan ayahnya yang baru datang. Sang ayah menyuruh si anak melihat ke luar, apakah pemuda yang ia bawa ini cocok dengan yang diimpikan sang anak. Dan ternyata benarlah. Kata si anak, dialah pemuda tampan yang telah hadir di mimpinya. Malah dia sangat ingat dengan hidungnya yang `bangir' (mancung).
Narasoma yang semula sama sekali tak ingin melihat ke depannya, pelan-pelan membuka matanya begitu mendengar suara yang merdu. Dan ketika ia melihat si gadis, tak percaya dia dengan apa yang dilihatnnya. Sesosok anak manusia yang sangat jelita. Tak pernah ia melihat wanita secantik itu. Pakaiannya sederhana
sebagaimana gadis desa, tanpa `make-up' pula, namun sungguh cantik. Benarlah kata Bagaspati, anaknya adalah seorang manusia sempurna, cantik pula.
Ya namanya juga resi, mungkin sang resi dinikahkan dengan seorang bidadari dari kahyangan karena budi pekerti dan kekuatan spiritualnya, dan lahirlah makhluk secantik ini, pikir Narasoma. Tapi tak pentinglah asal-muasal itu. Yang penting dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis itu. Pujawati
namanya. Tak perlu ditanya dua kali oleh sang resi, Narasoma langsung berubah fikiran dan bersedia menikah dengan Pujawati.
Maka dinikahkanlah Narasoma dengan Pujawati oleh Resi Bagaspati di padepokan Argabelah. Sebuah pernikahan yang sangat sederhana, namun sungguh indah dan agung terasa oleh keduanya, mengikrarkan cinta sehidup semati. Hanya kebahagiaanlah yang meliputi perasaan mereka berdua. Sang resi pun mengambil janji dari Narasoma bahwa hanya Pujawati-lah satu-satunya wanita dalam hidupnya.
Berbulan-bulan Narasoma tinggal di Argabelah, tak ada hal yang penting dalam hidupnya kecuali rasa cintanya pada sang istri. Demikian pula Pujawati, bahagia tak terkira mendapat suami ganteng impiannya yang juga mencintainya.
Suatu hari, ketika mereka memadu kata cinta, Pujawati berkata bahwa, cintanya pada kanda Narasoma bagai kuku. Setiap kali dipotong, selalu tumbuh lagi. Demikianlah cinta Pujawati, tak akan pernah mati, dan ia akan setia menemani Narasoma dalam hidupnya. Sungguh perumpamaan yang indah, kata Narasoma.