Mohon tunggu...
Noor Falah
Noor Falah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nihilis25

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ku Pahat Rembulan Malam Ini

24 Maret 2012   15:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(1)

Malam menjelang, ku akan ditunggu sang rembulan. Tidak ada yang hilang memang, tapi selebihnya aku bahagia. Tentu kini hanya bisa berimajinasi bagaimana rembulan ku pahat, dan ku ambil untuk dihadiahkan kepadamu malam ini. Rembulan itu seperti perahu yang membawa kelinci pada malam hari dan mendarat di pulau mimpi. Namun, tidaklah manusia lebih banyak hidup dalam imajinasinya daripada dalam dunia abadi di luar imajinasinya itu? Apabila dunia ini tiada, dan tidak ada sesuatu kecuali dirinya sendiri entah dimana, ia bahkan masih membawa sebuah dunia dalam kepalanya. Bersama rembulan, ku bisa melihat rembulan seperti perahu membawa kelinci yang mendarat di Pulau mimpi.

(2)

Bersama dengan datangnya mimpi, maka air yang membawa pergi perahu itu di tepi pantai segera memudar, lantas kemerah-merahan. Ku hayati yang mampu memikul air di sana, sambil menuruni tebing ku bisa melihat di sini bebatuan yang penuh tawa di dasar pantai yang tampak pupus di dasaran karang rindu. Cahaya keemasan rembulan menyapu pantai, membuat pasir pergi entah kemana, basah berkilat, dan menjadi cermin diri. Onggokan batu karang yang kadang menyerupai karang tetap teronggok malam ini. Sejak bertahun, sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Bukankah memang perlu waktu jutaan tahun bagi angin untuk membentuk dinding karang menjadi onggokan batu yang mirip dengan sebuah perahu?

Akhirnya ku bawa rembulan, dan kembali menatap perahu itu. Di depan mataku, kisah tadi sore ku tulis dalam sebuah aforisma :

Tawa lama takkan pernah tiada.

Satu Tanya,

Ku jawab berjuta.

Tak hanya tawa,

Namun, ku ingin membuatmu bahagia.

Bersama omega,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun