Mohon tunggu...
Theofilus Ifan Sucipto
Theofilus Ifan Sucipto Mohon Tunggu... Mahasiswa -

For I know whom I hope (2 Tim 1: 12) | Universitas Multimedia Nusantara 2014 | Journalist | Soccer | Running | Gadget

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku, dikepung Memori

9 Desember 2014   02:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://3.bp.blogspot.com/-ddFsbgpKW1I/UtuxMjFVK9I/AAAAAAAAALQ/KOgF9WVpBis/s1600/brains-memory.jpg

[caption id="" align="aligncenter" width="283" caption="http://3.bp.blogspot.com/-ddFsbgpKW1I/UtuxMjFVK9I/AAAAAAAAALQ/KOgF9WVpBis/s1600/brains-memory.jpg"][/caption] Cinta adalah barang universal bagi semua makhluk hidup, terutama manusia. Namun sayangnya, terkadang kita melupakan cara memakai barang itu untuk menghasilkan sesuatu yang baik. Cinta terkadang manis di awal, namun kita malah mengutuknya di akhir cerita. Malah, virus hiperbola instan terkadang menyerang otak kita. Contohnya, seperti merasa bahwa dirinya sampah, tidak ada yang mencintainya, dan merasa tidak layak untuk dicintai. Padahal, yang ia temui hanyalah satu orang dari miliaran lawan jenis di dunia. Cinta itu indah seperti mawar, namun menusuk bila kita tidak berhati-hati. Orang yang jatuh cinta tahu akan hal ini. Karena duri yang menempel pada mawar itu tidak mengurangi nilai kecantikannya. Sayangnya, ketika mawar itu menjadi layu, orang hanya fokus pada durinya, dan melupakan betapa ia pernah sangat mencintai bunganya. Aku pernah berani untuk mengambil mawar itu dengan hati-hati, meski untuk yang kedua kalinya. Beberapa orang mengatakan aku bodoh karena jatuh di lubang yang sama. Aku masa bodoh dengan mereka. Aku rasa inilah yang terbaik. Marlo Ernesto, salah satu anggota 'Indovidgram,' pernah berkata bahwa percuma bila kembali menjalin hubungan dengan orang yang dulu pernah mengisi hati kita, karena sama dengan menonton film, endingnya akan sama. Tenang, itu tidak berlaku. 'Film' yang akan kujalani ini akan dibuat dengan improvisasi. Buktinya, akhir film 'Sleeping Beauty' toh berubah dengan aransemen di film 'Maleficent.' Jadi kenapa ceritaku tidak bisa? Sialnya, aku lupa bahwa tanpa perencanaan matang, semua akan sia-sia. Kembali aku mejilat ludahku sendiri, dan aku sadar, aku telah ditertawakan sampai terbahak-bahak oleh kata-kata Marlo itu. Aku kembali merenung, apa yang salah dengan kita. "..talking loud not saying much." Itulah salah satu penggalan lirik lagu David Guetta-Titanium yang dijadikan background song di salah satu iklan pasta gigi di Indonesia. Ingatkah kamu, seberapa sering kita berbicara, tapi tidak sering kita lupa apa yang kita bicarakan? Pesan apa yang kita sampaikan satu sama lain? Sampai teman kita pernah menyinggung "Kalo lu bahkan nggak tau kabar temen sekelasnya yang sakit, terus kalian ngomongin apa aja?" Terdengar remeh, namun semakin ke sini, aku sadar bahwa tidak jarang kita berbicara kosong. Bahkan ada pesan yang disembunyikan satu sama lain, di saat kita berjanji terbuka di awal cerita kita. Bahkan sampai detik ini, aku tidak tahu apakah kamu pernah membaca bahkan 1 tulisanku di blog ini. Oh tidak, bahkan aku tidak mengerti apakah kamu tahu aku punya blog. Sekarang, nasi sudah menjadi bubur. Cinta kita mungkin memang sudah terkubur. Alangkah baiknya kita saling memulai cerita. Namun kabar malam itu, membuatku tidak bisa tidur. Tapi aku bersyukur, bahwa engkau telah menepati janjimu dulu, untuk terbuka di saat kita berkomunikasi. But dear, fakta itu rasanya lebih tajam dari jarum suntik yang pernah aku rasakan beberapa kali ketika sakit radang usus waktu itu, dan rasanya lebih pahit daripada kopi Aceh yang pernah ku minum. Tapi aku juga lega, bahwa sobek di hatiku mulai berangsur pulih seiring dengan larian jari-jariku di atas keyboard laptop saat ini. Sebelum menulis ini, aku sempat melihat beberapa foto di handphone ku, dan berisi ribuan banyaknya fotomu, dan kita. Ku tarik nafas panjang dalam-dalam sebelum akhirnya menggerakan jariku untuk meng-scroll ke bawah dan mulai menghapus satu per satu kenangan itu. Dompet pemberianmu sejak 3 April 2014 lalu sudah aku pakai. Semoga ini menjadi penanda bahwa aku menghargai ketulusanmu waktu itu. Tidak, aku tidak mengharapkan cerita kita untuk ketiga kalinya. Aku bahkan tidak terlalu berharap kamu merespon tulisan ini. Tulisan ini semata-mata dibuat untuk melepas sendu yang beberapa hari ini tidak bisa aku tahan, dan kamu tahu? Aku berdoa untuk Ujian Nasionalmu tahun depan, semoga kamu mendapatkan nilai yang terbaik di sana. Berusahalah rajin seperti janji terakhirmu dulu. Dengan ini, tidak akan ada lagi tulisan tentangmu di blog ini. Pada akhirnya, aku tidak kecewa dengan cinta. Cinta itu universal, dan cinta yang tulus akan selalu berpusat pada mawar, meskipun kita berdarah-darah karena durinya. Malam itu kejam, siang itu ganas. Take care, then! Dari aku, yang dikepung memori. [caption id="attachment_358492" align="aligncenter" width="300" caption="Dokumentasi Pribadi"]

14180403462092611262
14180403462092611262
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun