Mohon tunggu...
abror badrut
abror badrut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Misteri Keramahan Masyarakat Pacitan

22 April 2018   16:52 Diperbarui: 22 April 2018   17:01 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keramahan merupakan suatu fenomena yang langka pada zaman yang serba insan ini. Biasanya keramahan hanya kita jumpai di lingkungan desa atau di masyarakat yang daerahnya terpencil. Berbeda di lingkungan perkotaan yang semuanya serba ada, di daerah perkotaan justru lebih kejam walaupun semuanya terlihat sangat mudah. Memang di perkotaan kita lebih mudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Tetapi tingkat sopan santun dan keramahan di perkotaan justru jauh dari harapan. Masyarakat di perkotaan cenderung lebih bersifat egois, individualis, dan keras kepala. Tingkat kerjasama dan gotong royong susah didapatkan karena semuanya yang serba instan. Kebutuhan yang serba instan itulah yang meracuni psikologi manusia sebagai makhluk sosial.

Kota Pacitan adalah kota yang sangat terpencil dan letaknya berada di pojok selatan Propinsi Jawa Timur. Meskipun jauh dari pusat ekonomi Jawa Timur, budaya Jawa di Pacitan justru dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Tingkat sopan santun dan keramah-tamahan lebih dari harapan. Bupatinya pun lebih mementingkan masyarakat daripada gajinya dan lebih suka menyamakan derajatnya layaknya masyarakat biasa. Pada singkat cerita pernah ada seseorang yang datang ke Kota Pacitan menaiki bus dari Surabaya. 

Ketika dia ingin turun dari bis, dia melihat orang-orang Pacitan yang juga turun dari bus. Orang-orang itu semuanya mengucapkan terima kasih kepada pak sopir sebelum keluar dari bus, bahkan mereka seperti sudah saling kenal dan menyapa sopir bus tersebut dengan namanya. Sungguh betapa kagumnya orang yang melihat fenomena yang sangat langka itu, bahkan kejadian seperti itu tidak ditemukannya di kota-kota manapun. 

Bahkan ketika saling berpapasan dengan orang yang tidak dikenal, mereka tetap saling menyapa dan mengucapkan kalimat "nuwun sewu". Hal itu menunjukkan bahwa tingginya tingkat social masyarakat Pacitan meskipun kotanya sangat jauh dari pusat perekonomian. Karena masyarakat Pacitan sendiri lebih menjunjung nilai jawa atau biasa disebut dengan kejawen yang sejatinya masyarakat jawa pada jaman dahulu memang menjunjung tinggi gotong royong.

Banyak sekali nilai-nilai yang dapat kita ambil dari masyarakat Kota Pacitan untuk diterapkan di kota-kota lain. Karena itulah yang diharapkan agar masyarakat Indonesia menjadi tentram dan makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun