Mohon tunggu...
Abrar Rifai
Abrar Rifai Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya menulis apa yang diyakini benar dan baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita Melamar Duluan, Kenapa Tidak?

16 Mei 2012   04:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:14 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah suami Hafshah, Khudzafah bin Qais As-Sahmi meninggal dunia, ayahnya, Umar bin Khaththab ra merasa gelisah karena melihat putrinya yang tak ceria lagi. Maka, setelah selesai masa ‘iddah Hafshah, segeralah beliau berusaha mencarikan suami untuk putri yang dicintainya itu. Beliau berharap dengan bersuami lagi, Hafshah bisa kembali mendapatkan kebahagiaannya. Sebab Umar tahu, bahwa putrinya itu masih muda. Tentu masih memerlukan suami untuk menjadi pendamping hidupnya.

Tentu Umar dalam mencari menantu tidaklah asal cari. Tapi, beliau akan mencari orang terbaik yang sekiranya bersedia menikahi putrinya. Maka, setelah berfikir panjang, pikiran Umar pun langsung tertuju pada Abu Bakar As-Shidiq ra. Karena memang tidak ada lagi manusia yang lebih baik setelah Rasulullah saw, selain Abu Bakar. Dengan sikap rendah hati, Umar pun menemui Abu Bakar di rumahnya, menyampaikan keinginannya, meminang Abu Bakar untuk putrinya, Hafshah. Tapi sayang, Abu Bakar tak bersedia menerima lamaran Umar. Dengan rasa kecewa dan malu, Umar pun berjalan gontai meninggalkan rumah Abu Bakar.

Dari Rumah Abu Bakar, Umar kemudian menuju rumah Usman bin Affan ra, yang ketika itu baru ditinggal mati istrinya, Ruqayyah binti Muhammad Rasulullah. Tapi, diluar dugaan Umar, ternyata Usman pun tak menanggapi lamarannya, dengan alasan bahwa beliau belum mau menikah lagi. Kekecewaan dan rasa malu Umar semakin bertambah atas “penolakan” dua orang sahabatnya itu. Kemudian Umar pergi menghadap Rasulullah dengan tujuan hanya untuk mengadukan sikap Abu Bakar dan Usman yang telah menolak lamarannya. Mendengar cerita Umar, Rasulullah pun tersenyum. Kemudian beliau bersabda:

“Hafshah akan dinikahi oleh orang yang lebih baik dari Abu Bakar dan Usman, sedangkan Usman akan menikahi wanita yang lebih baik dari Hafshah.” [HR. Bukhari]

Yang dimaksud Rasulullah dengan perempuan yang lebih baik dari Hafshah, adalah putrinya sendiri, Ummu kultsum. Karena setelah itu, Rasulullah kemudian menikahkannya dengan Usman. Sedangkan laki-laki yang lebih baik dari Usman dan Abu Bakar, Umar pun langsung faham bahwa yang dimaksud Rasulullah, adalah beliau sendiri. Karena memang tidak ada lagi orang yang lebih mulia dari Abu Bakar, selain Rasulullah. Umar pun gembira. Wajahnya berseri-seri. Ia berkeliling Madinah, menyampaikan pada semua orang bahwa anaknya akan dinikahi Rasulullah saw. Dan orang pertama yang ditemuinya, adalah Abu Bakar. Abu Bakar ikut gembira mendengar berita itu. Kemudian beliau berkata pada Umar: “Janganlah engkau marah padaku wahai Umar… Aku bukannya menolak lamaranmu. Tapi aku tahu bahwa Rasulullah sering menyebut-nyebut Hafshah. Hanya saja aku tak ingin membuka rahasia beliau. Kalau seandainya Rasulullah tak bersedia menikahi Hafshah, pastilah aku akan menikahinya.”

Begitulah usaha seorang Umar bin Khaththab yang harus menanggung kecewa dan malu demi untuk mencarikan suami untuk anaknya, Hafshah. Tapi akhirnya rasa kecewa dan malu Umar berakhir manis. Anaknya tak dinikahi oleh Usman ataupun Abu Bakar, tapi justru yang menikahinya adalah manusia terbaik, Rasulullah Muhammad saw.

Begitulah, saya hanya ingin menyampaikan kepada para gadis, bahwa nembak duluan, menyampaikan cinta lebih dulu bagi seorang perempuan bukanlah suatu hal yang tabu. Dengan catatan bahwa seorang gadis menyampaikan cintanya adalah untuk minta dinikahi, bukan mau ngajak pacaran. Begitu juga bagi orang tua yang mempunyai anak gadis yang sudah sampai usia menikah tapi belum juga menikah, cobalah orang tua yang aktif mencarikan suami untuk anaknya. Dan kalau sudah ketemu, sampaikanlah lamaran, karena pihak perempuan menyampaikan lamaran terlebih dulu, itu tidaklah tercela.

Itulah salah satu pesan yang ingin disampaikan oleh Habiburrahman Asysyairazi dalam “Ketika Cinta Bertasbih”nya, ketika tokoh Tiara menitipkan pesan pada Cut Mala untuk disampaikan pada kakaknya, Fadhil bahwa Tiara sangat mencintainya. Begitu juga dalam versi sinetron cerita ini, Kang Abik semakin menguatkan pesannya. Kali ini melalui tokoh Kyai Anshari, yang tak malu-malu melamarkan Ilyas untuk putrinya, Qanita.

Dalam kehidupan nyata, yang saya terlibat di dalamnya, cerita seperti di atas pun saya temui. Yang pertama, adalah Abang istri saya, sudah menikah dengan perempuan yang melamarnya duluan. Yang kedua, adalah cerita guru saya, yang telah menikahkan anaknya dengan seorang lelaki shaleh, dimana beliau-lah yang lebih dulu melamar lelaki itu untuk dinikahkan dengan putrinya.

Maka, saya tanpa ragu, ingin mengajak mbak-mbak yang memang telah menemukan lelaki idaman, janganlah menunggu lelaki itu untuk menyampaikan cintanya terlebih dahulu. Tapi, kalau memang sampean benar-benar ingin laki-laki tersebut menjadi suami sampean, cobalah sampean yang ngomong terlebih dahulu padanya. Bisa langsung, atau melalui orang ketiga, orang tua, kerabat atau teman. Karena bisa jadi, sebenarnya ia pun menginginkan sampean untuk menjadi istrinya. Tapi, karena satu dan lain hal, sehingga ia tak berani untuk ngomong ke sampean.

Begitu juga untuk para orang tua yang mempunyai anak gadis yang sudah sampai usia menikah, tidak ada salahnya kalau sampean ikut berusaha mencarikan jodoh untuk anak gadis sampean. Walau kata orang “Sekarang sudah bukan zaman Siti Nurbaya lagi” Apa peduli kata orang. Mau zaman Siti Nurbaya kek, atau Siti Nurhalizah kek, wong sampean tidak melakukan kejahatan kok. Sampean hanya ingin menikahkan putri sampean dengan lelaki baik-baik, dengan cara yang halal, kenapa harus diributkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun