Mohon tunggu...
Abrar Rifai
Abrar Rifai Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya menulis apa yang diyakini benar dan baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguji Kebenaran Ucapan Basrief Arief

28 Mei 2012   06:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semakin sering kita mendengar para pejabat yang yang mengatakan; “Saya tidak takut pada siapa pun, saya hanya takut pada Allah!” Pernyataan seperti itu terakhir terlontar dari uacapan Jaksa Agung, Basrief Arief, terkait kembali dibukanya kasus Fadel Muhammad oleh Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Sebenarnya, kalau memang benar Basrief Arief takut pada Allah, itu sungguh adalah hal yang sangat terpuji. Tapi, untuk menilai apakah pejabat yang bersangkutan benar-benar takut pada Allah, bukan hanya pada pernyataan verbalnya saja. tapi, harus termanivestasikan pada prilaku kesehariannya dalam menunaikan segala tugasnya sebagai pejabat negara. Sebab dengan takut kepada Allah, maka seorang pejabat tak akan lagi melakukan kejahatan. Tak akan lagi menyalahgunakan wewenangnya.

Berikut adalah contoh pejabat negara yang benar-benar takut pada Allah: Adalah Said bin Amir yang di masa Khalifah Umar bin Khaththab menjabat sebagai Gubernur Himso (sekarang masuk wilayah Siria). Gubernur Said hidup sangat sederhana. Beliau bahkan sering tidak mempunyai apapun untuk dimakan. Itu disebabkan karena beliau lebih mendahulukan kebutuhan rakyatnya daripada kebutuhannya diri sendiri dan keluarganya.

Suatu hari, Umar bin Khaththab mengirim sejumlah uang dinar kepada Said. Tapi, ketika kiriman tersebut sampai kepada Said, beliau bukannya gembira. Beliau malah berucap; “Inna lillaahi wa inna ilaihi raji’un”. Istri Said yang mendengar suaminya ber-istirja’ pun bertanya; “Apa yang terjadi, wahai suamiku? Apakah Umar (khalifah) meninggal dunia?” Said menjawab; “Tidak. Tapi, musibah ini bahkan jauh lebih besar dari kematian Umar! Dunia telah masuk ke rumah kita untuk menghancurkan akheratku.” Maka, dengan dibantu sang istri, Said pun segera membagikan semua uang dinar tersebut tanpa sisa kepada rakyatnya.

Contoh yang lain datangnya dari Umar bin Abdul Aziz. Di zaman pemerintahannya tak seorang pun ditemui adanya mustahiq (penerima zakat). Itu disebabkan karena semua rakyatnya telah terbebas dari kemiskinan. Sedangkan Umar sendiri memilih hidup dalam keadaan miskin, sampai beliau terbunuh karena dikudeta. Saking takutnya untuk menyalahgunakan jabatannya, Umar tak memperbolehkan anaknya sendiri mempergunakan fasilitas minyak negara untuk kebutuhan pribadi. Bahkan, semua perhiasan istrinya yang telah dimiliki jauh sebelum beliau menjabat sebagai khalifah, pun ikut dijualnya untuk dipergunakan mensejahterakan rakyatnya.

Itu hanya dua contoh pejabat yang benar-benar takut pada Allah. Sebenarnya masih banyak contoh-contoh pejabat dahulu yang telah menjadikan jaatannya sebagai media untuk mengabdi kepada Tuhannya. Nah, bagaimana dengan pejabat kita yang saat ini katanya takut pada Allah. Yang ketika pelantikan jabatannya disumpah atas nama Allah, dengan menjunjung Al-Qur`an. Mereka pejabat yang sering kali berbicara menggunakan terminologi-terminologi islam. Mereka para pejabat kita yang berlatar belakang pendidikan pesantren, ustadz, kyai, dan aktifis dakwah. Adakah prilaku kesehariannya mencerminkan kewara’an sebagai satu tanda zhahir bahwa mereka benar-benar takut pada Allah?

Untuk itu, saran saya kepada para pejabat Indonesia saat ini, ekskutif, yudikatif maupun legislatif, banyak-banyaklah belajar dari kehidupan pejabat masa dulu. Yang benar-benar takut pada Allah. Sehingga dengan ketakutan pada Allah tersebut, Anda benar-benar hanya akan bekerja untuk rakyat. Untuk keadilan masyarakat. Untuk kesejahteraan rakyat. Serta untuk kedamaian dan ketentraman seluruh anak bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun