Mohon tunggu...
Abrar Rifai
Abrar Rifai Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya menulis apa yang diyakini benar dan baik.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Keberatan Puasa

23 Mei 2018   06:51 Diperbarui: 23 Mei 2018   07:11 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Al Qur`an terjemahan bahasa Indonesia, diterjemahkan, "Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya, maka wajib membayar fidyah.." QS. 2: 184.

Lantas dari mana terjemahan berat atau tidak mampu tersebut? Padahal teks tertulis adalah, ( ) yang justru berarti: Dan bagi orang-orang yang mampu menjalankannya. Jadi sebenarnya, pada penggalan ayat ini ada satu kata yang dibuang. Yaitu, ''yang berarti tidak. Jadi sudah benar kalau kemudian diterjemahkan: Bagi orang-orang yang tidak mampu atau berat.

Pembuangan satu kata atau lebih dalam Al Qur`an itu banyak. Dalam ilmu balaghah ini disebut Ijaz. Ijaz sendiri dibagi menjadi dua: Ijazul qashri dan ijazul hadzfi. Pada ayat di atas, itu adalah ijazul hadzfi. Sebab ijaznya terjadi karena ada pengurangan kata. Yaitu La () nafi sebelum kata yuthiqunahu.

Ini bagi orang yang tidak paham balaghah, tidak akan pernah menyadari adanya kata 'La' yang dibuang tersebut. Sehingga membaca: 'Dan bagi orang-orang yang mampu menjalakannya, hendaklah membayar fidyah.' Lha wong mampu puasa kok malah suruh ganti fidyah? :D

Ijaz artinya ringkas. Jadi ijaz itu adalah ringkasan. Ijazul hadzfi, meringkas dengan cara membuang satu kata atau beberapa kata. Sedang ijazul qashri, memang asal kalimat sudah ringkas. Tapi walau pun ringkas, bentuk kalimat seperti ini justru mengandung arti yang banyak. Seperti ungkapan populer: Man jadda wajada ( ).

Man jadda wajada, berarti Siapa yang tekun (mencari/berupaya) (maka akan) menemukan/mendapatkan. Saya kurungi beberapa kata pada terjemahan di atas, sebab memang terjemahan tersebut tidak ada asalnya pada kalimat aslinya. Karena kalimat aslinya kalau mau diterjemahkan apa adanya, maka hanya berarti: Siapa tekun, mendapatkan!

Oiya, pada banyak kasus tulisan latin yang saya dapati, ditulis: Man jadda wa jada. Ini salah! Karena memisahkan wa dengan jada. Mungkin yang nulis, menganggap wa () disitu adalah wau 'athaf yang biasanya berarti 'dan' dalam banyak kalimat. Bukaaan! Itu bukan wau athaf. Tapi wau di sini adalah fa' fi'il pada kata wajada ().

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun