Mohon tunggu...
Abrar Rifai
Abrar Rifai Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya menulis apa yang diyakini benar dan baik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jodoh Memang Misteri

15 Mei 2012   08:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:16 3332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jodoh memang misteri. Tak seorang pemuda pun yang tahu siapa wanita yang kelak akan diperistri. Maka, karenanya jodoh itu memang harus dicari. Juga tak seorang gadis pun yang mengaetahui siapa lelaki yang akan menjadi suaminya nanti. Tapi, itu bukan berarti dia harus terus menanti. Karena sejatinya dinamika taqdir Allah itu tak pernah berhenti. Untuk itu, wahai pemuda pemudi yang berhasrat hendak menikah, kejarlah kekasih hatimu di setiap sendi. Telisiklah setiap rimbun, dan jangan pernah berhenti.

Jodoh memang taqdir Allah. Sebagaimana nasib baik dan buruk manusia, semuanya memang adalah taqdir Allah. Termasuk juga kematian (ajal), itu adalah taqdir Allah. Tapi, kecuali ajal, semua taqdir yang telah Allah buat, masih sangat mungkin untuk berubah. Lho, kok? Yaps! Karena sejatinya taqdir itu adalah ketentuan Allah yang belum bersifat final dan mengikat. Taqdir baru bersifat final dan tak bisa diganggu gugat, kelak ketika ia sudah terjadi menjadi qadhaa`.

Bicara tentang taqdir memang agak pelik sikit. Begitu katanya orang Malaysia :). Satu sisi, sebagaimana satu di antara enam rukun iman yang wajib diyakini, bahwa taqdir (ketentuan), baik atau buruk adalah datangnya dari Allah swt. Sedang perintah untuk berusaha, belajar, bekerja, beriman dan bertakwa bagi seorang muslim, tentu juga haruslah dijalankan. Sebab tidak mengindahkan semua perintah tersebut, maka seorang muslim akan dianggap pendosa. Nah…

So, kalau begitu, hendaklah setiap pengingin menikah berupaya semaksimal mungkin untuk segera mendapatkan jodohnya. Sebab, walau jodoh itu memang benar di tangan Allah, tapi, ia tetap harus dicari. Karena taqdir (tangan Allah) itu selalu sejalan dan selaras dengan usaha manusia. Semakin orang berusaha serius untuk mendapatkan jodohnya, maka semakin cepat jodohnya akan ketemu. Akan tetapi, kalau seseorang hanya ngomong saja, SANGAT ingin SEKALI cepat menikah, tanpa dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh, maka keinginan tersebut, walau telah dibumbui sangat dan sekali, tetaplah hanya merupakan keinginan yang sulit akan terwujud. Sebab begitulah logika hukum alamnya. Yang dalam terminology Islam disebut sunnatullah.

Dalam upaya pencarian jodoh tersebut, seorang jejaka atau gadis harus melibatkan semua jaringan yang dimilikinya. Mulai orang tua, paman, bibi, sanak kerabat dan teman-teman yang bisa dipercaya. Hal ini berlaku untuk laki-lai dan perempuan. Tinggalkan ketabuan perempuan melamar duluan. Karena orang-orang terbaik ummat ini (para sahabat) tidaklah malu melamar seorang pemuda untuk anak gadisnya. Dan bahkan wanita penghulu semua wanita dunia, Sayyidah Khadijah ra, pun nembak duluan agar lelaki idamannya bersedia menikah dengannya. [baca note saya; Perempuan Melamar Duluan, Kenapa Tidak?]. Tentunya juga harus diserta dengan doa, memohon secara sungguh-sungguh kepada Allah agar jodoh yang telah disiapkan oleh-Nya segera dikirim kepadanya. Kalau perlu, mohonlah pada Allah agar Ia mengirim jodoh tersebut menggunakan paket pos kilat express. Atau kalau di JNE, adalah layanan yang satu hari sampai. :-)

Nah, ketika segala upaya beserta doa telah dilakukan, ternyata jodoh yang dinanti tak kunjung tiba, atau ternyata jodoh yang datang tak sesuai harapan. Itulahqadhaa` (keputusan) Allah. Terimalah! Ingat, menerima disini bukan berarti pasrah bongkokan. Teruslah mencari bagi yang belum mendapatkan. Bagi yang ternyata jodoh yang didapat tidak sesuai dengan kriteria, mohonlah pada Allah agar Allah merubahnya menjadi sebagaimana yang di-inginkan.

Tiga hari menjelang pernikahan saya dulu dengan ‘istri pertama’, saya melakukan puasa tiga hari berturut-turut. Ini memang tidak ada contoh dari Rasulullah saw. Orang bilang tidak ada dalilnya. Tapi, ini adalah anjuran dari guru-guru saya. Boleh-boleh saja dilakukan. Wong Rasulullah tidak melarang kok. Saya juga tidak berpuasa pada hari-hari yang dilarang berpuasa. Yaitu dua hari raya, Idul Fithri dan Idul Adha berserta tiga hari tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijjah). Lagian saya puasanya tidak neko-neko kok. Saya tidak puasa mutih. Saya juga tidak puasa wishol. Tapi, saya berpuasa sebagaimana lazimnya puasa. Mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Berbuka pun tetap dengan semua makanan yang boleh dimakan. Tujuannya adalah berpuasa karena Allah untuk membersihkan hati. Dan yang terpenting adalah sebagai ikhtiar terakhir kepada Allah untuk meng-verifikasi kembali tentang wanita yang sudah di depan mata ini, apakah ia benar-benar jodoh saya atau bukan. Kalau memang itu adalah jodoh sebagaimana yang telah disiapkan-Nya dulu semenjak di Lauhil Mahfuzh, semoga pernikahan ini kan abadi. Tapi, kalau ini ternyata bukanlah jodohku yang sebenarnya, maka saya mohon kepada Allah agar Allah membatalkan pernikahan ini sebelum terjadi.

Lho, kok ada jodoh yang bukan sebenarnya? Iya, memang ada sebagian orang yang akhirnya menikah bukan dengan jodoh sebenarnya yang disiapkan Allah dulu semenjak di Lauhil Mahfuzh. Sekali lagi karena memang jodoh itu adalah taqdir Allah yang hasil akhirnya tetap melibatkan orang yang bersangkutan sebagai penentu. Atau juga jodoh bisa berubah karena faktor eksternal. Misal karena jodohnya yang sebenarnya itu telah dinikahilebih dulu oleh orang lain, dikarenakan usaha yang sungguh-sunguh dari orang yang bersangkutan untuk mendapatkannya. Atau juga karena faktor orang tua sebagaimana yang saya sampaikan pada Ratu Marfuah dalam sebuah komentar.

Semua sepakat, dengan berbagai ayat atau hadis bahwa doa orang tua untuk anaknya itu sangat mustajab (manjur). Orang tua yang mendoakan anaknya, tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah. Maka, waspadalah, para anak, agar orang tuamu tidak sampai mendoakan buruk bagimu. Karena sekali lagi, doa orang tua itu kecil sekali kemungkinannya untuk tidak terkabul. Bahkan saya termasuk orang yang meyakini bahwa semua perestasi yang diraih oleh semua manusia di muka bumi ini tidaklah lepas karena faktor orang tua, terutama ibu. Pun kecelakaan, keapesan, kepaceklikan yang menimpa semua orang juga tidaklah lepas karena yang bersangkutan pernah menyakiti hati orang tuanya. Terutama ibu.

Untuk itu, muliakanlah orang tuamu. Karena simpati (ridha) dan murka (sukhthu) Allah ada pada simpati dan murkanya kedua orang tua. Nah, kalau Allah telah simpati padamu, maka pastikanlah bahwa semua kebaikan, termasuk juga jodoh, pasti akan segera diberikannya kepadamu. Tapi, kalau Allah murka padamu, maka semua kebaikan (termasuk juga jodoh) tidak akan pernah mendekat padamu. Melainkan sebaliknya, ia akan semakin menjauh, jauh dan jauh darimu. Kalaupun kelak kau menikah, bisa jadi kau telah salah jodoh. Karena lelaki atau perempuan yang kau nikahi sejatinya ternyata bukanlah jodohmu!

Wallahu A’lam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun