Mohon tunggu...
Hersa Kumaradia Abrar
Hersa Kumaradia Abrar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Alumni UIN Sunan Kalijaga Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora 2015.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Membuktikan Janji Merapi

25 Oktober 2015   15:40 Diperbarui: 25 Oktober 2015   15:40 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkenalkan nama saya Hersa Kumaradia Abrar biasa disebut Aba. Dalam Artikel kali ini saya akan berbagi pengalaman liburan saya yang berkunjung di sekitar lereng merapi sebelah selatan. Pada hari sabtu 24 Oktober 2015 pukul 15.00 waktu indonesia barat, saya mulai meninggalkan rumah. Setelah perjalanan ditempuh sekitar 90 menit, akhirnya sampailah di penginapan Nguntara Jati. Penginapan tersebut terletak di sekitar taman wisata Telogo Putri. Mengapa saya memilih penginapan tersebut ? Karena penginapan tersebut terletak di tempat yang strategis dan harganya pun terjangkau. Dengan mengeluarkan uang sebesar 200.000 kita bisa beristirahat dengan nyaman.

Pada malam hari yang begitu dingin cuacanya, saya mencari tempat wedangan untuk menghangatkan badan saya yang sudah hampir membeku ini. Dan akhirnya saya menemukan sebuah tempat nongkrong yang berjarak 500 meter dari penginapan. Tongkrongan ini bernama Warung Poci, dengan segelas wedang jahe dan sepiring bakmi rebus ditambah panasnya bara rokok sudah membuat saya seperti terbang di negeri atas langit yang nikmatnya tidak ada habisnya. Disana juga adalah tempat nongkrongnya para pemandu wisata Lava Tour. Lava Tour ini adalah sebuah paket wisata yang akan mengantarkan sisa-sisa bangunan pasca erupsi Merapi pada tahun 2010. Setelah saya mengobrol dengan salah seorang pemandu biaya untuk paket wisata ini adalah 350.000 rupiah.  Dengan 350.000 rupiah kita bisa menikmati perjalanan menggunakan jeep dan berbagai kendaraan adventure ini akan sangat menyenangkan sekaligus menantang. Di sepanjang jalan wisatawan dapat menyaksikan sisa-sisa keganasan erupsi Merapi yang meluluhlantakan Kinahrejo dan sekitarnya. Bekas hunian warga yang ambruk, timbunan material vulkasik berupa pasir dan kerikil, serta batu-batu berukuran besar yang dimuntahkan dari perut Merapi bisa ditemui di sepanjang jalan. Menyusuri jalan pulang, wisatawan akan diajak melewati jalur offroad yang sangat menantang serta menyebrangi sungai. Akhirnya saya pun memboking salah satu jeep dari komunitas Tlogo Putri Jeep.

Pada pagi hari sekitar jam 8, kami pun dijemput di penginapan oleh salah satu pemandu wisata Lava Tour dengan menggunakan jeep yang sudah saya booking tadi malam. Perjalanan pertama kami menuju ke Batu Alien atau batu yang menyerupai wajah manusia. Salah satu yang menarik dari penanda dahsyatnya erupsi pada 5 November 2010 lalu adalah munculnya bongkahan batu besar yang disebut warga sekitar dengan Batu Alien. Mendengar sebutan batu itu, tak salah pertama kali langsung menarik pendengaran. Batu besar itu terletak di tak jauh dari bibir jurang Kali Gendol. Memang tampak sekilas batu itu tak ada yang unik. Hanya bongkahan batu besar di sebuah ketinggian. Batu alien ini memiliki wajah manusia, memang harus difoto agar bisa melihat penampakan wajah dengan jelas. Dari sisi kanan, maka penampakan wajah akan terlihat setelah melihat hasil foto kamera digital ataupun ponsel dengan seksama. Awalnya tak diketahui adanya keistimewaan penampakan aneh tersebut. Saat itu warga merasa biasa saja. Namun, begitu ada penampakan wajah, maka warga kemudian menamai batu alien kepada batu tersebut. Warga lokal awalnya menyebut itu adalah batu 'alihan' dalam bahasa Jawa. Jika diartikan pada bahasa Indonesia maksudnya adalah batu pindahan dari puncak Merapi yang telah terseret sejauh 7 kilometer hingga sampai kampung Jambu.

Setelah usai pergi dari Batu Alien, kami menuju ke Museum Mini Sisa Hartaku. Museum Mini Sisa Hartaku ini berada di daerah Petung, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Menurut keterangan, museum ini dulunya adalah rumah Bpk. Riyanto dan keluarga. Selain unik, disini Anda bisa merasakan pedihnya saat letusan Gunung Merapi yang terjadi di tahun 2010 silam. Karena yang dipajang di museum ini memang benda-benda yang tersisa setelah tragedi tersebut yang akhirnya diberi nama Museum Mini Sisa Hartaku. Setelah puas mengunjungi Museum, kami pun beranjak lagi menuju sebuah Bunker. Selain sisa-sisa pasir dan permukaan tanah tandus, tampak juga sebuah bunker yang konon digunakan sebagai tempat perlindungan dari bahaya lahar panas. Berhubung saat itu adalah hari Minggu, tidak sedikit wisatawan yang datang berkunjung dan terlihat menyemut di sekitar bunker. Penasaran, saya pun menghampiri bunker yang memiliki tangga menurun ke arah pintu. Herannya, tidak ada satu pun wisatawan yang turun dan menengok situasi di dalam bunker yang memang gelap. Setelah pintu besi bunker yang berat didorong, terlihat satu ruangan lapang seukuran ruang kelas di dalam bunker. Bentuk ruangannya berbentuk setengah lingkaran, dengan bekas lahar panas yang telah membatu di tengah bunker. Satu-satunya sumber penerangan hanyalah cahaya dari pintu masuk bunker. Bunker ini dulu digunakan sebagai tempat sembunyi waktu lahar panas turun. Dulu sempat ada dua relawan yang tewas kena lahar panas di bunker ini di toilet gelap yang merupakan lokasi ditemukannya jenazah. Percaya tidak percaya, suasana di dalam bunker Kaliadem memang begitu suram dan menyedihkan. Dengan adanya kejadian naas yang menimpa dua sukarelawan di dalam bunker, semakin menambah misteri yang ada di Gunung Merapi.

 

Dua jam sudah berlalu, saatnya kembali ke penginapan dan packing untuk kembali ke rumah dengan selamat. Itulah pengalaman berlibur kami di Sekitar Merapi bagian selatan. Semoga pengalaman saya ini menarik perhatian anda supaya kita tetap menjaga lingkungan agar alam juga tidak marah karena Merapi itu tidak akan mengingkari janji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun