Mohon tunggu...
Abrar Abid Mahendra
Abrar Abid Mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak kedua dari 3 bersaudara

Saya adalah seorang mahasiswa di Biologi Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Owa Jawa Bersungkawa

14 Januari 2022   16:00 Diperbarui: 14 Januari 2022   16:03 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Monyet keperakan ini terkenal dengan suaranya yang lantang dan memiliki ciri khusus mantel keperakan yang panjang dan tebal dengan tanda hitam di dada dan kepala. Wajah hitam mereka yang ramping dibingkai dengan rambut putih di dagu dan alis mereka serta rambut abu-abu di sisi wajah dan telinga mereka. Lengan mereka panjang dan kuat, kaki mereka juga sama kuatnya meskipun lebih pendek. Bahu dan pergelangan tangan mereka sangat fleksibel. Karakteristik fisik ini membuat mereka beradaptasi dengan kehidupan arboreal dan brachitiation (berayun dari pohon ke pohon) dimana Owa jawa dapat bergerak dengan kecepatan hingga 56 km/jam dan dapat melompat sejauh 15 meter. Dan selayaknya primata besar mereka tidak memiliki ekor. 

Bayi Owa jawa(Hylobates moloch) yang baru lahir ini berwarna merah muda karena mereka dilahirkan dengan keadaan hampir tidak ada rambut kecuali sedikit diatas kepala mereka. Owa jawa berukuran antara 44 hingga 64 cm dan memiliki bobot antara 5 hingga 9 kilogram. Perbedaan ukuran antara jantan dan betina tidak terlalu jauh. Mereka dapat hidup sampai 35 tahun di alam liar dan cenderung hidup lebih lama di penangkaran.

Owa menghabiskan 60% waktunya untuk makan. Makanan mereka terdiri dari buah matang, daun muda, buah mentah, bunga, dan serangga serta batang tanaman. Jantan dan betina menghabiskan waktu makan yang sama tetapi porsi jantan cenderung lebih banyak ketimbang betina. Salah satu buah favorit mereka adalah buah dari pohon Dracointomelon (Sengkuang). Tinggi Sengkuang ini bisa mencamai 45 meter. Owa jawa sangat jarang turun ke tanah, mereka aktif selama 11 jam sehari dan beristirahat selama 13 jam dalam sehari. Mereka hidup dalam kelompok kecil dimana satu kelompok biasanya terdiri dari satu pejantan dan satu betina serta satu sampai tiga owa kecil. Owa jawa adalah hewan monogamist dimana mereka hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya.

Tidak seperti primata lainnya, Owa jawa tetap mencari makan ditengah hari ketika suhu masih tinggi tetapi mereka bergerak ke tingkat hutan yang lebih rendah dan lebih sejuk. Biasanya mereka akan mencari pohon untuk tidur beberapa jam sebelum matahari terbenam. Ketika beberapa kelompok berkumpul di satu pohon yang agak kecil, mereka akan mencari makan secara bergiliran. Tapi biasanya satu kelompok menguasai satu pohon. 

Owa Jawa dinilai sebagai hewan yang cukup unik karena hanya bisa hidup dihabitat tertentu dan mudah mengalami stress. Owa Jawa hidup berkelompok dengan keluarganya pada satu wilayah hutan dan tidak mengganggu kehidupan keluarga Owa Jawa lainnya.

Owa jawa adalah spesies pertama yang dilindungi oleh undang undang di Indonesia pada tahun 1985. Statusnya diturunkan dari sangat terancam punah menjadi terancam punah pada 2006. Sayangnya populasi mereka terus menurun sehingga menimbulkan kekhawatiran besar akan keberadaan mereka terutama terhadap populasi yang diluar kawasan hutan lindung. Populasi ini terus menurun karena hilangnya habitat mereka yang disebabkan oleh penebangan, kebakaran hutan, konservasi lahan, dan perambahan manusia. 

Meskipun Owa Jawa menjadi satwa yang dilindungi. Populasi Owa terus menurun karena hilangnya habitat karena sudah menjadi rahasia umum bahwasannya Pulau Jawa adalah salah satu pulau berpenduduk terpadat di dunia dan deforestasi bukanlah sesuatu yang asing dipulau ini.

Owa jawa memang tidak diburu atau dimakan karena banyak agama di jawa menghormati primata atau menganggap mereka tidak cocok untuk konsumsi manusia. Akan tetapi, perdagangan ilegal yang biasanya menjadi produk keturunan dari deforestasi tetap menjadi ancaman yang serius. Selain permintaan pasar yang tinggi, penegakan hukum serta usaha untuk membangun kesadaran masyarakat pun masih sangat kurang.

Sebagai salah satu hewan asli dari Pulau Jawa dan terancam punah maka Owa Jawa harus lebih dilindungi dan dikembangbiakkan lagi karena mereka adalah hewan asli dari Pulau Jawa. Kita tentu tidak ingin melihat mereka punah karena ketidakpekaan kita terhadap perlindungan satwa setia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun