Mohon tunggu...
Muhammad AbrarFabiandaru
Muhammad AbrarFabiandaru Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya sedikit pemalas karena saya suka bermalas-malasan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Panologi Menurut Perspektif Al-Quran: Paradigma Integrasi Ilmu Sosial Humaniora dibidang Planologi

16 Desember 2024   15:20 Diperbarui: 16 Desember 2024   15:54 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paradigma integrasi merupakan sebuah pendekatan yang berupaya menyatukan berbagai aspek yang saling terkait menjadi satu kesatuan yang utuh dan harmonis. Pendekatan ini melihat suatu sistem secara holistik, di mana setiap bagian saling terhubung dan memiliki peran penting untuk mendukung fungsi keseluruhan. Paradigma ini juga bersifat interdisipliner, yaitu mengintegrasikan berbagai bidang ilmu, perspektif, atau pendekatan untuk menghasilkan solusi yang lebih komprehensif. Selain itu, paradigma integrasi bertujuan menciptakan sinergi, di mana kolaborasi antar elemen mampu menghasilkan dampak yang lebih besar, sekaligus menyeimbangkan kebutuhan di antara elemen-elemen tersebut, seperti manusia, lingkungan, dan pembangunan.

Dalam konteks perencanaan wilayah dan tata kota (planologi), paradigma ini diterapkan untuk menggabungkan aspek ekologis, sosial, budaya, dan ekonomi sehingga menghasilkan pembangunan yang berkelanjutan. Contohnya adalah integrasi perlindungan lingkungan dan pembangunan ekonomi melalui konsep green city atau pembangunan berbasis keberlanjutan, serta pemanfaatan teknologi untuk inovasi sosial seperti dalam pengembangan smart city. Dengan demikian, paradigma integrasi merupakan pendekatan yang bertujuan menghilangkan sekat antar elemen, mendorong kolaborasi, serta menciptakan solusi yang menyeluruh, adil, dan berkelanjutan.

Dalam kaitannya dengan Surah Al-An'am ayat 38, paradigma integrasi dapat dianalisis melalui tiga perspektif keilmuan Islam, yaitu Bayani, Burhani, dan Irfani. Ayat tersebut berbunyi: 

"Tidak ada binatang melata di bumi, dan tidak ada burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (mereka) seperti umatmu. Kami tidak meninggalkan sesuatu pun dalam Kitab ini, kemudian kepada Tuhan mereka dihimpunkan."

Perspektif Bayani

Dari perspektif Bayani, ayat ini menyampaikan bahwa semua makhluk hidup di bumi adalah bagian dari umat, dan setiap makhluk akan dihimpunkan di hadapan Tuhan. Dalam konteks planologi, ayat ini menjadi seruan untuk mempertimbangkan keberlanjutan dan keseimbangan alam dalam setiap perencanaan ruang dan pembangunan. Dengan demikian, Surah Al-An'am ayat 38 memberikan pengajaran yang relevan dalam konteks planologi, yaitu pentingnya perencanaan yang memperhatikan aspek lingkungan, keberagaman makhluk hidup, dan keberlanjutan demi menjaga keseimbangan bumi untuk generasi yang akan datang.

Perspektif Burhani

Berikutnya adalah dalam perspektif Burhani, analisis mengenai surah Al-An'am ayat 38 dalam konteks planologi dapat dihubungkan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya alam. Ayat ini menyoroti pentingnya aturan Allah yang tidak membebani manusia melebihi kemampuan mereka.

Dalam planologi, pendekatan yang memperhatikan etika, keadilan sosial, dan keberlanjutan sangat penting. Oleh karena itu, pemahaman tentang hukum-hukum syariah, termasuk larangan tertentu, dapat menjadi panduan dalam merumuskan kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan manusia dan pelestarian lingkungan.

Berikut adalah beberapa contoh penerapan perspektif Burhani dalam kehidupan sehari-hari, khususnya terkait planologi dan keberlanjutan lingkungan:

  • Pengelolaan Sampah Berbasis Etika dan Keberlanjutan:
    Dalam konteks Surah Al-An'am ayat 38, manusia diingatkan akan tanggung jawab menjaga kelestarian bumi. Sebagai contoh, pemerintah dan masyarakat dapat mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang berbasis pada nilai-nilai keberlanjutan, seperti pengurangan limbah plastik melalui program daur ulang (recycling) atau penerapan kebijakan zero waste. Hal ini tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan tetapi juga mencerminkan etika menghargai ciptaan Allah.
  • Konservasi Kawasan Alam:
    Konservasi taman nasional, hutan kota, atau wilayah pesisir adalah contoh konkret dari pengelolaan lingkungan yang menghormati seluruh makhluk hidup seperti yang diajarkan dalam Surah Al-An’am ayat 38. Contohnya adalah program rehabilitasi mangrove untuk melindungi wilayah pesisir dari abrasi sekaligus menyediakan habitat bagi satwa liar. 
  • Edukasi Lingkungan di Sekolah atau Komunitas:
    Mengajarkan anak-anak dan masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam melalui pendidikan berbasis nilai-nilai Islam dan keberlanjutan. Contohnya, memasukkan kurikulum tentang pelestarian lingkungan yang berlandaskan etika Islam, seperti larangan pemborosan air, pelestarian hewan, dan penghijauan.   

Secara keseluruhan, Burhani akan mendorong pengintegrasian nilai-nilai spiritual dan etika dalam praktik planologi, menciptakan ruang yang tidak hanya berfungsi secara fisik tetapi juga memberikan manfaat sosial dan lingkungan yang holistik.

Perspektif Irfani

Terakhir adalah perspektif Irfani, dalam perspektif Irfani, Surah Al-An'am ayat 38 menekankan bahwa Allah tidak membebani manusia dengan apa yang tidak mampu mereka tanggung, yang mengisyaratkan pentingnya keseimbangan dan tanggung jawab dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya.

Irfani akan menyoroti bahwa planologi seharusnya tidak hanya berfokus pada aspek teknis dan fisik, tetapi juga mempertimbangkan dimensi spiritual dan moral. Dalam merencanakan pembangunan dan penggunaan sumber daya alam, pendekatan yang mempertimbangkan dampak terhadap kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan sangat penting.

Dengan demikian, pengelolaan ruang dan sumber daya harus mencerminkan prinsip keadilan dan keseimbangan, selaras dengan ajaran Islam yang menekankan perlunya menghormati semua makhluk. Irfani akan mendorong para perencana untuk melihat setiap proyek sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan spiritual, di mana mereka harus mempertimbangkan bukan hanya manfaat ekonomi, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan.


Melalui ketiga perspektif ini, Surah Al-An'am ayat 38 mengajarkan pentingnya perencanaan yang tidak hanya rasional, tetapi juga berbasis pada etika dan spiritualitas. Pendekatan ini memastikan bahwa kebijakan tata ruang dan pembangunan akan menciptakan harmoni antara manusia, lingkungan, dan makhluk hidup lainnya, mewujudkan ruang hidup yang lebih baik untuk semua umat di bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun