Serdadu menderu, sirine menakuti
Invasi berlabuh, laut meratapi
Nelayan mencari ikan, terpantau dari kejauhan
Ledakan basau memercik tajam bongkahan karang
Gemuruh baja mencekam hutan
Sesak membuyarkan kebisingan
Bumi berpijak, vibrasi air beriak di persawahan
Selongsong pelor tersisipi tangkai bunga, kelopak gugur sebelum waktunya.
Tangisan menjadi lagu duka
Jeritan mengusik tenang, burung berterbangan, insting merasakan ancaman
Abdi negara serentak bergejolak
Peluru bersarang, bergeming pun tidak
Waktu seakan berhenti
Hitungan hanya angka tanpa arti
Raut tangis, air mengalir disela mata mengaburkan pandangannya.
Berdiri tertatih, bibir telah kehilangan daya
Mengenang sejawat yang telah pergi, duka tertusuk luka lama kembali
Para hadirin merasakan emosi
Tapi hanya simpati tanpa empati
Jenderal bergegas datang perihal keadaan.
Kukuh melanjutkan kisah perjuangan
Pertanyaan semata-mata penasaran
Sang veteran hanya legenda sejarah kelam
Yogyakarta, Muhammad Fadil
09 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H