Mohon tunggu...
Muhammad Fadil
Muhammad Fadil Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

"Membaca meningkatkan pengetahuan, Menulis akan menambah kosa kata baru, dan Perpustakaan adalah lokasi terbaik untuk mendapati keduanya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petrikor Senja

23 Oktober 2022   07:00 Diperbarui: 23 Oktober 2022   07:01 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar diambil dari pixabay.com

Ilustrasi gambar diambil dari pixabay.com
Ilustrasi gambar diambil dari pixabay.com
Sekian lama membumi, rumput ekor kucing sudah meneteskan sisa air. Hujan pun berhenti di perhentiannya, seiring arus angin menimbulkan bau khas aroma tanah setelah hujan dan orang menyebutnya petrikor,
aroma yg khas seperti minyak kasturi. menjadikan petrikor punya identitas sendiri.

Petrikor Senja, ungkapan umar terhadap kondisi yang dialami..
Tanpa pikir panjang, ungkapan kata dari seorang seniman melintas tanpa permisi dan memberikan perasaan mendalam baginya.

"Jangan hanya melihat hujan turun, tapi lihat apa yang akan tumbuh".

Makna kata tersebut membuat umar bertanya pada diri sendiri. "Bisakah aku melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda?
"Ah sudahlah, nikmati alam dan mengikuti naskah Tuhan prioritas pertama bagiku" 

Berbalik menuju penantian, umar berjalan menuju kepastian, rumah.
Sesekali kepala berpaling melihat senja, dan tersenyum..


"Alam mengajarkan aku hari ini. Sesuatu yang terlihat buruk belum tentu buruk, dan sesuatu yang terlihat baik belum tentu baik.."


"Dan perbedaan menghasilkan sebuah pandangan. Mungkin, kita bisa mengerti makna dari sebuah proses di balik alur kisah bagi orang yang berpikir."

Pertemuan antara air hujan dan sendal menimbulkan suara berdecit, menemani pulangnya umar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun