Mohon tunggu...
Roy Abraham
Roy Abraham Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jaksa Yulianto, Masalah Pribadi diumbar ke Publik

11 Februari 2016   06:18 Diperbarui: 11 Februari 2016   07:18 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Entah, saya harus berkata apa kepada prajurit Prasetyo yang satu ini. dari akhir tahun 2015 kemarin hingga saat ini, belum juga tuntas membincangkan masalah SMS yang difahami dangkal olehnya di depan media-media nasional. Jika saya amati, acap kali Yulianto tampil di media, terlihat senang dan gembira tiada tara, ia selalu bangga setiap dikerumuni para wartawan yang menanyakan soal SMS Hary Tanoe kepadanya. Suara menggelegar dan lantang layaknya artis yang lagi haus akan popularitas.

Media-media nasional juga ikut larut akan kehausan popularitas seorang Yulianto. Berita tentang kasus Freeport, BLBI, Yayasan Supersemar, RJ Lino, semuanya tenggelam, senyap, tanpa bunyi dan tanpa aksara, kalah jauh dengan berita kasus SMS yang diduga mengancam Jaksa yang baru Kondang itu.

Perlu diketahui, Jaksa Yulianto melaporkan SMS Hary Tanoe yang katanya ada unsur ancamannya ke Bareskrim Mabes Polri, dengan dugaan melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE.

Berikut SMS Hary Tanoe yang difahami mengancam oleh Yulianto:

“Mas Yulianto, kita buktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang profesional dan siapa yang preman. Anda harus ingat kekuasaan itu tidak akan langgeng. Saya masuk ke politik antara lain salah satu penyebabnya mau memberantas oknum-oknum penegak hukum yang semena-mena, yang transaksional yang suka abuse of power. Catat kata-kata saya di sini, saya pasti jadi pimpinan negeri ini. Di situlah saatnya Indonesia dibersihkan”

Banyak orang yang menyesalkan atas tindakan Yulianto yang melaporkan SMS di atas. Pasalnya, Prasetyo yang notabene adalah seorang penegak hukum, dinilai berlebihan. Ancaman apapun yang dialami. sudah merupakan resiko baginya, tergantung bagaimana ia menyikapi ancaman tersebut. Mentalitas seorang Jaksa harus kuat dan tetap dipertahankan.

Kemudian, tindakan yang semakin membuat saya muak, baru-baru ini saya membaca berita di Jawapos.com, bahwa Yulianto kembali mendatangi Bareskrim Mabes Polri. Kabarnya, kedatangan Yulianto ke sana, untuk menjadi saksi atas laporannya sendiri. Pernyataan Yulianto yang membuat saya muak adalah, dia mengakui bahwa laporannya tentang SMS Hary Tanoe ke Bareskrim itu merupakan urusan Pribadinya dengan Hary Tanoe.

Berikut pernyataan Yulianto yang membuat saya muak dan geli:

“Kalau lagu Cita Citata bilang sakitnya tuh di sini, saya sakitnya masuk pembuluh darah. Ini urusan bukan institusi, tapi urusan pribadi saya. Urusan harga diri, harkat martabatSumber

Sungguh ironis, ketika membaca pernyataan Yulianto di atas. dia lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan penegakan hukum di negeri ini. hampir satu bulan dia membesar-besarkan kasus SMS Hary Tanoe ini di depan media. Sangat jauh dari etika kesopanan, jika seorang Jaksa membesar-besarkan masalah pribadi yang diumbar ke publik melalui media.

Melihat tingkah laku Yulianto yang selalu menyia-nyiakan waktu hanya untuk hasrat pribadinya, selayaknya dan sewajibnya Yulianto harus dicopot atau dipecat dari jabatannya. Karena ini sudah tindakan yang tidak wajar dan fatal, tindakan seperti itu merupakan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh Jaksa sekelas Yulianto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun