"This matter doth go moche by the educayion or by hrynngynguo of the people, the which have been nourished or nutrifyde with breade. Breade, the whiche is nutryryvr. They be compytent of nutriment.." Â Demikian yang diceritakan Todhunter dalam bukunya buku Essays on history of Nutrition Dietetics (1967) Â tentang Andrew Boorde (1490-1544) yang menulis surat kepada raja Henry VII dalam bahasa Inggris kuno seperti di atas.
Mungkin agak sulit membaca kalimat tersebut di atas. Tapi intinya dari kalimat tersebut itulah asal-muasal kata nutrition dikenal. Suatu kepustakaan kuno yang juga menelusuri asal usul kata Bahasa Inggris Nutrition dari kamus Oxford, menemukan bahwa kata Nutrition dan turunannya ternyata telah digunakan pada abad ke-15. Misalnya kata nutritive (dipakai tahun 1440, nutrient dan nutritious, tahun 1661).
Menelusur sejarah itu penting. Mengapa? Karena sejarah adalah informasi dan kesaksian kejadian atau realitas masa lalu. Bermanfaat sebagai ingatan, petunjuk dan pengalaman berharga bagi kehidupan yang lebih baik sekarang dan masa mendatang. Kalau sejarah dilupakan berarti informasi dan pembelajaran masa lalu hilang, manfaatnyapun tidak bisa dipetik dan sirna. Disamping itu kalau paham sejarahnya kita jadi tahu jalan perkembangannya dari mulai dulu, siapa saja yang berjasa dalam perkembangan ilmu tersebut dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan mempelajari sejarah ilmu gizi.
Dari mana perkembangan ilmu gizi ini dipahami? tentu tidak lepas dari sejarah perkembangan ilmu gizi itu sendiri. Mendalami suatu ilmu pengetahuan memang perlu belajar dari sejarah perkembangannya. Itulah yang dikatakan Auguste Compte (1798-1857). Mengapa demikian? Ia beralasan hakikatnya ciri penting dari suatu ilmu adalah selalu berkembang atau berubah menuju kesimpulan yang lebih mendekati kebenaran. Ibarat kata pepatah Jawa " Isuk dele, sore tempe" (pagi masih kedele, sore sudah jadi tempe). Suatu teori yang saat ini dianut kemungkinan besok diganti oleh teori lain yang lebih baik. Juga Cohen menambahkan kemajuan suatu ilmu pengetahuan bergantung pada kemampuan mengoreksi diri.
 Menarik untuk lebih mendalami perkembangan bidang gizi sejak abad ke 17 serta bagaimana penerapannya di dalam berbagai segi kehidupan suatu bangsa, termasuk perkembangan kelembagaan atau institusinya di Indonesia. Pada tahun 1747, dr.James Lind, seorang ilmuwan dari Inggris melakukan penelitian pertama mengenai gizi.
Adalah Prof. Poorwo Soedarmo, sosok Bapak Gizi Nasional Indonesia yang merintisnya sejak 1950. Ia diangkat mantan Menteri Kesehatan dr. J. Leimena sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat, atau dulunya dikenal sebagai Instituut Voor Volksvoeding (IVV). Atas petunjuk tersebut Prof. Poerwo Soedarmo memilih kata GIZI sebagai terjemahan resmi kata nutrition, yang sejak tahun 1952 kata GIZI itu sudah dipakai dikalangan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H