"Hang Tuah dan sahabat-sahabatnya berhasil melumpuhkan empat pengamuk yang menyerang tuan Bendahara Kerajaan. Tuan Bendahara kemudsian mengangkat mereka sebagai anak angkatnya. Tuan bendahra kemudian melaporkan kehebatan mereka kepada Baginda Raja Syah Alam. Baginda Rajapun ikut merasa kagum dan juga mengangkat mereka sebagai anak angkatnya."
Itulah Sebagian hikayat Hang Tuah yang masih melekat dalam ingatan, kisah yang diceritakan ibu guru waktu di Sekolah Rakyat (SR) yang sekarang sudah berubah Namanya menjadi Sekolah Dasar (SD). Cerita ini melekat erat dalam ingatan bukan hanya memang ceritanya bagus, tetapi lebih-lebih karena gaya dan ibu guru Ati menceritakannya sangat menarik. Suaranya merdu, disertai mimik wajah dan Bahasa tubuh yang dinamis menggambarkan setiap sosok tokoh dalam cerita yang dibawakannya. Tatapan matanya menelusur setiap wajah murid dalam kelas. Ia bergerak berkeliling kadang mendekat pada seorang murid menekankan isi cerita untuk menghayatkan makna pesan yang ada di dalamnya.
Setelah dewasa, Ketika belajar ilmu komunikasi aku baru paham tentang bagai mana berbicara di depan khalayak. Itu rupanya yang disebut "Public Speaking". Pada dasarnya komunikasi itu adalah kesamaan makna antara pesan yang disampaikan dan pesan yang diterima. Jika tidak ada kesamaan makna makan komunikasipun tidak terjadi. Lebih dari itu terjadi penghayatan dari makna pesan yang disampaikan. Inti dari komunikasi adalah persepsi dan inti persepsi adalah interpertatasi. Karenanya jika interpertasi sudah salah maka menimbulkan persepsi yang salah pula sehingga terjadi kesalahan komunikasi. Akibatnya timbul salah paham atau pun gagalpaham.
Kini yang terpikir mengapa bu Ati memilih kisah Hang Tuah untuk diceritakan kepada kami anak-anak muridnya. Kisah Hang Tuah itu suatu legenda. Legenda adalah cerita rakyat yang berisikan tentang tokoh, peristiwa atau tempat tertentu. Di dalamnya berbaur fakta sejarah dengan mitos. Oleh karena itu legenda sering kali dianggap sebaga "sejarah" kolektif.
Legenda juga dianggap sebagai cerita prosa rakyat tentang suatu hal yang benar-benar pernah terjadi. Berbeda dengan mitos, legenda bersifat keduniawian dan terjadi paa masa yang belum terlalu lampau. Cerita rakyat sendiri mengekspresikan budaya suatu masyarakat lewat bahasa tutur. Hal ini banyak berhubingan langsung dengan berbagai aspek budaya dan sosial masyarakat tersebut, cerita-cerita tradisional yang menceritakan tentang orang atau tempat tertentu. Konon dulu istilah legenda kerap diartikan sebagai dongeng atau cerita tentang orang suci, mahluk supranatural, elemen nitologi, atau penjelasan mengenai fenomena alam tetapiterkait dengan tempat atau orang tertentu.Â
Hal itu diceritakan sebagai masalah sejarah serta menjadi salah satu jenis cerita rakyat. Legenda merupakan bagiaan dari kisah-kisah yang berkembang di masyarakat dan menjadi popular d di dalamnya. Hampir setiap daerahmemiliki legendanya sendiri. Legenda memiliki beberapa ciri diantaranya: dipercaya sebagau keadsian yang benar-benar terjadi secara nyata. Tokoh legenda biasanya manusia, bersifat keduniawian, berpindah-pindan dan semi historis. Berbeda dengan dongeng yang merupakan cerita turun temurun dari nenek moyang. Kejadian pada dongeng terkesan sungguhan. Namun pada dasarnya dongeng adalah cerita fiktif dan imajinatif terkait misalnya dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan yang bisa berbicara seperti manusia.
Dengan menceritakan kisah Hang Tuah ini nampaknya bu Guru Ati ingin menanamkan nilai-nilai tertentu yang tersirat di dalam legenda Hang Tuah ini. Di dalamnya terkandung nilai ketaatan dan kesetiaan. Ada nila keeberanian dan juga kebijaksanaan, kebaikan serta kemurahan hati. Dengan memiliki dan menghayati serta menerapkan nilai-nilai ini diharapkan anak muridnya menjadi manusia yang berbudi luhur.
Dalam dunia Pendidikan sekarang diharapkan legenda-legenda yang mengandung nilai-nilai luhur kehidupan masih menjadi bagian yang diceritakan dalam menanamkan budi pekerti pada anak-anak didik di sekolah. Meski kurikulum jauh berbeda, tetapi nilai-nilai itu kekal. Tinggal kreatifitas mengemasnya dalam balutan teknologi modern yang sesuai dengan perkembangan zaman. Itulah nilai suatu legenda yang masih membekas dalam ingatan sampai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H