Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Nama Bunga Tanaman Unik dalam Bahasa Sunda

22 April 2023   09:45 Diperbarui: 22 April 2023   09:54 2719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Hal penting yang menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa merupakan kemampuan  yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda atau simbol misalnya kata dan gerakan.

Cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi namun tidak turun temurun, dan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia disebut budaya.

Ketika kedua kata ini disandingkan, ada istilah "bahasa menunjukkan budaya" yang maknanya melalui bahasa seseorang dapat diketahui asal-usulnya atau dari mana seseorang itu berasal. Ambil contoh di Indonesia saja, begitu banyak ragam bahasa setidaknya ada lebih dari 700 bahasa. Belum lagi dialek lokal, meski bahasanya sama tapi bisa dialeknya berbeda sehingga dapat diketahui daerah asalnya.

Menarik untuk disimak misalnya bahasa Sunda dan Jawa. Bahasa Sunda dari wilayah Parahyangan berbeda dialek dengan di luar wilayah  Parahyangan. Begitu juga bahasa Jawa. Antara Jawa Tengah berbeda pula dengan Jawa Timur.

Dalam bahasa Sunda ada nama-nama bunga atau kembang tumbuhan yang bunyinya terdengar unik.  Diantaranya kembang tebu dalam bahasa Sunda Tiwu kembangnya disebut badaus. Kembang bawang dinamakan ulated. Kembang cabe itu bolotot. Kembang cabe rawit atau cengek disebutnya pencenges. 

Sedangkan kembang durian (kadu) disebut olohok. Sebutan untuk kembang jengkol  merekenyennyen. Kembang kelapa disebut suligar, kembang terong itu moncorong. Sedangkan kembang padi (pare) dan  Laos (laja) masing-masing disebut ringsang dan jamotrot.

Nama-nama itu mungkin kini lebih banyak dikenal oleh kaum usia lanjut atau masyarakat di desa-desa. Sedangkan bagi genersai zaman now yang tinggal di kota sudah tidak tahu. Apalagi mungkin tidak semua sekolah ada mata pelajaran bahasa Sunda atau bahasa daerah. Tidak tertutup kemungkinan di daerah-daerah lain di seluruh Nusantara ini keadaannya tidak jauh berbeda.

Meski bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia, dan bukan suatu keharusan juga,  namun alangkah indahnya jika masyarakat dari daerah yang satu juga dapat berkomunikasi dengan masyarakat daerah yang lain menggunakan bahasa lokal masyarakat yang bersangkutan. Hal itu akan mempererat persatuan dan kesatuan anak negeri di seantero pelosok Nusantara tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun