Pulau Sumba merupakan bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau ini terkenal dengan kuda sandelnya atau sandelwood pony. Selain itu banyak tradisi unik yang menjadi daya tarik sendiri bagi calon wisatawan yang ingin berkunjung ke pulau itu.
Salah satu hal yang menarik adalah olahan makanan berbahan dasar aneka sayur. Masakan sayur ini disebut Ka'pu Pantunnu. Aneka sayur yang dibaurkan menjadi satu biasanya terdiri dari jantung pisang, daun pepaya dan daun singkong dicampur dengan kelapa parut. Rasa dan aroma  yang timbul dari jantung pisang  dan kelapa bakar yang diparut membawa sensasi unik dari makanan ini.
Bahan dasar sayur yang digunakan merupakan sumber vitamin dan mineral antara lain vitamin A, vitamin B1, vitamin B6, vitamin C, kalium, magnesium, zat besi, mangan, zinc, dan sebagainya juga tinggi serat yang bermanfaat membantu proses pencernaan.
Masakan kombinasi sayuran bahan Ka'pu Pantunnu ini merupakan warisan turun temurun masyarakat Sumba khususnya Sumba Barat. Banyak juga masakan yang menggunakan beberapa macam sayur misalnya cap cay, sayur lodeh, sayur asem, gado-gado dan lain-lain. Tetapi umumnya kebih banyak menggunakan dua macam sayuran dan dikombinasikan dengan daging, ikan atau tahu dan tempe.
Masakan-masakan tradisional ini banyak yang merupakan makanan padat zat gizi. Tentu saja sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan badan. Makanan berbahan dasar sayur sejatinya baik untuk menukanan anak-anak.Â
Namun seiring dengan berjalannya waktu perubahan pola makan pun banyak berubah. Apa lagi didukung oleh perkembangan teknologi maksnan yang berkembang lesat, makanan-makanan yang bersifat instan dan cepat sajipun semakin marak dijajakan. Sedangkan gaya hidup moderenpun menuntut segala sesuatu perlu dilakukan dengan cepat.
Memang tidak mudah mengatur konsumsi mskanan sehari-sehari. Selain ketersediaan menu yang tiada pilihan, juga sangat bergantung pada selera. Soal lidah ini yang biasanya akan menentukan jenis dan jumlah menu makanan yang akan disantap.Â
Selain itu pola makan juga berpengartuh. Sering dijumpai seseorang yang biarpun sudah menyantap lontong atau mie bakso, ketika ditanya sudah makan atau belum jawabannya belum katena belum makan nasi.Â
Pola makan tinggi karbo inilah yang sering merugikan kesehatan. Apalagi jika fitambah dengan rendahnya aktivitas atau kurang berilah raga. Akibatnya deposit lemak dalam tubuh akan menumpuk. Tentu konsekwensinya membuka leluang bagi datangnya berbagai gangguan kesehatan.
Oleh karenanya kata-kata bijak terkait makanan ini yaitu "Jadikanlah makanan obatmu, jangan jadikan obat makananmu" tetap perlu diingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H