Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sambusa dan Samosa Mirip tapi Tak Sama

29 Januari 2023   07:40 Diperbarui: 29 Januari 2023   07:43 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia kuliner memang kaya akan ragam makanan. Ada masakan dan kue-kue sebagai lauk pauk maupun jajanan camilan. Baik yang diolah secara tradisional atau moderen. Ada yang sama tapi berbeda nama, ada yang mirip-mirip tetapi berbeda isiannya. 

Begitu juga dengan Sambusa dan Samosa. Satu dikenal dari Sulawesi Barat, tepatnya daerah Mamuju ibu kota provinsi Sulawesi Barat, sedangkan satunya lagi makanan khas asalnya dari Asia Tengah yang populer di India.

Samosa umumnya berisi kentang rebus atau sayur-sayuran yang dibumbui rempah-rempah karena dibuat untuk kaum vegetarian. Tetapi bisa juga dicampur daging. Sedangkan sambusa  dibuat dengan isian berupa daging ikan tuna yang sudah digiling halus beserta campuran bumbu daun bawang, daun seledri, merica, bawang bombay, dan bawang putih.

Kulit Sambusa dan Samosa sama-sama dibuat dari adonan tepung terigu.  Sambusa diisi dengan daging ikan tuna yang sudah dihaluskan beserta bumbunya ke dalam kulit dan dilipat berbentuk segitiga kemudian digoreng.

Begitu juga Samosa, samsa atau somsa adalah pastri goreng berbentuk segitiga. Isi berupa kentang rebus berbumbu rempah-rempah dicampur kacang kapri, bawang bombay, daun ketumbar, dan dilumuri tepung paneer. Makanan ringan ini populer di Asia Tengah, Asia Selatan, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Jazirah Arab. sudah sejak lama dikenal sebagai makanan ringan dari Asia Tengah.

Sebagai camilan sumber energi dan protein bisa disajikan sebagai teman minum teh atau kopi di waktu pagi atau sore hari diwaktu bersantai.

Kini dunia kuliner semakin berkembang. Berbagai panganan olahan menyemarakkan ranah Tata bogs dengan menghadirkan berbagai cita Rasa untuk memanjakan lidah. Alangkah bijaknya jika para penyaji makanan dan minuman tidak hanya memperhatikan cita Rasa dan penampilan hasil karya mereka, namun jugs mendukung upaya peningkatan gizi masyarakat. Twenty penggunaan zat-zat pengawet, garam, gula dan lemak perlu diatur dengan proportional dan tidak berlebihan. Jika tidak terkendali tentu akan berdampak pada kesehatan di masa depan. Dapat dipastikan penyakit-penyakit tidak menular (PTM) sudah pasti akan menghadang. Selera bisa jadi hal pertama, tapi jangan lupa kesehatan perlu juga dijaga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun