Pak De begitu panggilannya, entah siapa nama sebenarnya. Dia seorang penjual mie ayam dekat kantor kami. Aslinya dari Wonogiri. Mienya sangat laris, karena enak dan porsinya besar ditaburi daging ayam cincang dan ceker, dimasak seperti semur. Setiap waktu makan siang dipenuhi pembeli yang antri, sebagian besar pegawai perkantoran di sekitar situ.
Tapi ini bukan cerita tentang mie ayamnya. Pak De juga menyediakan jambu mede atau kacang mete bahkan jambu monyet sebutan lainnya. Entah apa hubungangannya dengan si monyet, apa karena bentuk bijinya menyerupai wajah monyet, walahualam. Pak De membawanya langsung dari kampung halamannya  di Wonogiri, yang sebagian besar penduduknya memang pengrajin kacang mede.
Rasa kacang mede ini gurih karena banyak mengandung karbohidrat, lemak, protein nabati,  dan beberapa vitamin serta mineral seperti  vitamin C, K, asam folat, kalium, fosfor, zinc dan zat besai.
Banyak digunakan sebagai camilan atau campuran beberapa kue tertentu. Seperti kacang lain kalau sudah mulai kita mengunyahnya, susah berhenti sebelum habis. Karena itu sering candaannya dipadankan dengan ibarat mengonsumsi narkoba.
Yang menarik meski dinamakan jambu tetapi sebenarnya tanaman ini bukan tumbuhan yang tergolong  jambu. Lah..jadi sebenarnya  jambu monyet ini termasuk golongan tanaman apa?
Sesungguhnya jambu monyet keluarganya masuk keluarga Anacardiaceae. Ini kerabat tanaman mangga. Menilik sebutannya jambu, seharusnya berasal dari keluarga Myrtaceae seperti jambu air atau jambu biji.Â
Jadi beda keluarga rupanya si jambu monyet ini, tidak ada hubungan kekerabatan sama sekali. Yang di konsumsi bijinya, tapi daging buahnya bagi yang suka bisa juga dimakan langsung atau diolah jadi minuman,
Tumbuhan mede tersebar di banyak tempat. Tapi pohon aslinya konon dari Brasil, disebarkan para penjelajah  ke seluruh dunia. Saat ini, pohon mete tumbuh di berbagai benua seperti  Asia, Afrika, Amerika Selatan, termasuk di Indonesia.Â
Selain di Wonogiri terkenal juga dari Kendari di Sulawesi Tenggara Dan beberapa tempat lanyya. Nilai ekonomisnya tinggi, dijual dengan harga yang cukum mahal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H