Kota Bogor memang terkenal sebagai Kota Hujan. Tetapi selain itu dikenal juga sebagai tempat  para penjual asinan.
Jenis makanan ini diolah lewat pengacaran Dan terjadi proses feementasi. Bahan yang digunakan pada umumnya dapat berupa sayuran seperti kol, timun, tauge, sawi asin.
Ada juga Asinan buah-buahan seperti mangga, jambu air, kedondong, bengkoang atau campuran sayuran dan buah.
Diasinkan dan diasamkan dengan garam dan cuka serta sedikit gula merah seperti bumbu rujak. Ditambah tahu, ditaburi kacang tanah dan kerupuk berwarna merah atau kerupuk mie kuning. Rasanya asam dan segar.
Tidak heran kalau orang Sunda menyebutnya rujak cuka. Di Jakarta dikenal juga dengan Asinan Betawi. Makanan ini sudah menjadi salah satu hidangan khas seni kuliner Indonesia.
Di Bogor dulu banyak penjual Asinan yang mencampurkan daun antanan. Entah sekarang, mungkin sudah jarang ditemukan.Daun antanan banyak sebutannya.  Ada yang menyebut Pegagan  atau biasa disebut juga daun kaki kuda, daun aga, semanggen dan banyak lagi. Nama asingnya Centella Asiatica. Di India disebut gotu kola.
Antanan merupakan tanaman liar yang banyak  tumbuh di pematang sawah, di tepi jalan, di ladang atau di kebun-kebun. Referensi mencatat tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, Cina, Jepang, Australia dan berbagai negara lain.
Masyarakat sudah banyak mengenalnya selain dikonsumsi sebagai lalapan juga dijadikan obat-obatan herbal. Sejak zaman dahulu, antanan telah digunakan semisal untuk Kesehatan kulit, obat menjaga peredaran darah dan sebagainya.
Khasiat antanan kini banyak menyita perhatian. Suatu penelitian mengemukakan
zat yang terkandung di dalam daun antanan bisa membantu mencegah penyakit gangguan syaraf seperti epilepsi.
Tanaman antanan sebenarnya dapat tumbuh di segala kondisi tanah asalkan gembur akan tumbuh dengan baik. Ada dua cara penamannya, dengan biji atau dengan stolon yaitu batang yang tumbuh menyamping dan di ruas-ruasnya tumbuh bakal tanaman baru.
Menilik khasiatnya baik juga dibudidayakan masyarakat dengan memanfaatkan  lahan pekarangan yang ada. Tinggal mengedukasi  agar mereka mau melakukannya.Â
Butuh proses dan ketekunan para pegiat pemberdayaan masyarakat, demi perbaikan kesehatan dan Gizi sebagai dasar membentuk generasi emas mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H