Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kue Terang Bulan Kini Tergusur Pisang Epe

28 September 2022   20:12 Diperbarui: 28 September 2022   20:17 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seusai magrib beberapa teman mengajak jalan-jalan menelusur tepi pantai Losari-Kota Makassar. Sepanjang jl. Penghibur itu sudah ramai oleh pedagang makanan dan minuman. Pengunjungpun mulai padat berdatangan.

Ketika melangkahkan kaki sepanjang pantai itu, pikiran saya menerawang kembali ke masa lalu sekitar tahun 1955, ketika pertama kali sampai di kota Makassar. Kami sekeluarga mengikuti ayah yang seorang anggota TNI-AD dipindah tugaskan dari Bali kesana.

Sambil menunggu penempatan di asrama, untuk sementara kami ditampung di benteng Fort Rotterdam  yang terletak di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar. Benteng ini merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo. Dibangun oleh Raja Gowa ke 10 yang digelari Karaeng Tunipalangga Ulawaeng sekitar tahun 1545. Sekarang benteng ini menjadi museum cagar budaya.

Kala itu pantai Losari tentu penataannya tidak seindah dan seramai sekarang. Soal pedagang memang sudah banyak. Tetapi ketika terang bulan  didominasi oleh pedagang  martabak manis. Karena itu disebut kue terang bulan.  Nama ini nampaknya sekarang tidak dikenal lagi.

Bagi kami anak-anak panganan itu terasa nikmat, karena meskipun banyak dijual orang, jarang-jarang kami dibelikan. Ayah memang terkenal disiplin kalau soal jajanan dengan alasan menjaga kesehatan. Lebih baik makan kue yang dibuat ibu di rumah. Tapi diam-diam ibu sesekali membelikan juga.

Pisang Epe pun sudah dijual orang di Pantai Losari tapi tidak sebanyak sekarang. Konon baru sekitar tahun 70an mulai bermunculan para pedagang pisang Epe merebak di sepanjang pantai Losari ini. Rasanyapun beragam dengan selera moderen. Dulu campuran gulanya cuma durian jika sedang musim.

Kini pantai Losari dan pisang Epe tak dapat dipisahkan. Ingat Losari tentu ingat pisang Epe. Kata Epe dalam bahasa Makassar berarti jepit. Karena dijepit bentuknya jadi gepeng. Pisang kepok mengkal yang dijual dalam bentuk gepeng Dan dibakar atau dipanggang di atas bars itu sudah jadi ciri khas kuliner di pantai Losari menggusut kue terang bulan dari masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun