Mohon tunggu...
Kang Aboe
Kang Aboe Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Migran

Mau santai boleh, mau serius juga boleh....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Momen Lebaran: "The Power Of Silaturrahim" Dalam Berpolitik & Sendi Kehidupan Lainnya

26 Juni 2017   15:55 Diperbarui: 26 Juni 2017   17:25 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua berita penting yang terjadi pada momen lebaran kali ini,  dari tanah air Presiden Jokowi berkenan menerima kunjungan silaturrahim GNPF-MUI dan dari Negara teluk, Emir Qatar menelpon Pangeran Mohammed bin Salman dan mengucapkan selamat atas didaulatnya beliau sebagai Putra Mahkota kerajaan Saudi Arabia yang baru. Ya, dua kubu yang selama ini dianggap bersebrangan, tiba tiba berbaikan. Ada apakah gerangan? Mungkinkah kubu  para ulama yang tergabung dalam GNPF-MUI menyerah dan lempar handuk kepada Jokowi atau mungkin Jokowi yang mulai menyadari kekhilafannya telah melupakan kekuatan dan potensi  besar ummat? Mungkinkah Emir Qatar melunak dan mau tunduk atas tuntutan dari Negara Negara Teluk yang mengisolasi negaranya ataukah pangeran Saudi sadar, kalau Qatar terlalu kuat, kaya dan tak mempan diisolasi?

Saya enggak mau berdebat siapa yang kalah dan menang dari kedua kejadian diatas. Enggak mau  berprasangka kalau ada deal deal tertentu antara GNPF MUI dan Jokowi, antara Emir Qatar dan Putra Mahkota Saudi Arabia, toh kalau pun iya...bukankah politik itu cair? tidak ada kawan atau lawan abadi.

 Sun Tzu pernah bilang dalam karyanya, The Art Of War:

"The Supreme art of war is to subdue the enemy without fighting, Seni tertinggi dalam perang adalah untuk menaklukan musuh tanpa pertempuran "

Artinya, perang fisik itu tidak menyelesaikan masalah, tidak akan bisa menaklukan musuh. tapi dialog, negosisasi, konferensi dan silaturrahmi lah yang memenangkan setiap perjuangan. Kalau begitu sia sia dong semua  demontrasi, aski bela bela, pengisolasian, konfrontasi fisik, cyberwar, social media bullying, rekayasa intelejen dan lainnya??? Tidak juga. malah dibilang sangatlah penting,  sebagai alat bargaining kepada lawan, sebagai alat show of force kalau kita punya power, kalau kita punya kekuatan dan kemampuan yang bisa membuat lawan mundur dan berpikir ulang menyerang kita. Alat yang memaksa lawan untuk mengakui kekuatan kita. Membuat kita tidak dipandang sebelah mata lagi, mereka jadi respect kepada kita, buat nunjukin kalau kita tidak lemah. makanya jangan ambil hak orang lain, jangan serobot tanah orang lain, jangan campuri urusan keluarga dan negara orang lain,  jangan pernah menodai dan menista agama orang lain, jangan bertindak semena mena dan licik  sama karyawanmu, jangan rebut pacar atau istri teman kamu mblo...kalau kita gak mau ada aksi bela bela, demontrasi, bullying, perang dan lainnya.

Nah kembali pada momen lebaran. Momen yang erat kaitannya dengan mudik, sungkeman, open house atau silaturrahmi. Menjalin hubungan baik dan merajut kembali simpul simpul dialog yang sempat mislink, antara anak yang di kota dan orang tua yang di desa. antara kerabat  yang mungkin sempat renggang, antara karyawan yang banyak tuntutan dan boss yang pelit,  antara rakyat dan pemimpin yang mungkin bersebrangan dan beroposisi, antara dua negera yang berkonflik dan berperang. 

Setelah sebulan kita berpuasa di bulan Ramadan, setelah kita membuat aksi show of force kalau kita tahan berlapar lapar, tahan menderita, punya kekuatan untuk mem-bully setan lewat amalan amalan baik kita, Lebaran adalah  saatnya kita merayakan kemenangan. lebaran bukanlah akhir dari semua perjuangan, lebaran adalah momen awal kita mengatur kembali strategi baru dalam kehidupan. saatnya kita ber dialog dan bersilaturrahim kepada semua kekuatan bersebrangan,  saatnya kita menaklukan musuh dan ego kita. Saatnya Kembali pada fitrah awal dan kemenangan kita, Minal aidin wal faizin .  Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun