Flexing adalah suatu kegiatan yang memamerkan sesuatu dengan berlebihan atau juga bisa disebut dengan pamer harta kepadaa oranglain secara berlebihan. Tujuan orang melakukan flexing beragam. Kebanyakan karena ingin dipandang lebih dan ingin menunjukkan status sosialnya.Â
Dalam beberapa waktu terakhir, kegiatan flexing sudah menjadi kebiasaan terutama pada media sosial. Banyak sekali yang memamerkan harta miliknya bahkan pinjaman, mulai dari memamerkan handphone, kendaraan mewah, rumah mewah, juga gaya hidup mewah. Kehidupan  flexing tidak hanya dilakukan oleh kalangan pejabat dan artis, namun juga orang-orang di sekitar kita bahkan kita sendiri secara tidak sadar juga melakukan flexing. Seharusnya, Flexing tidak akan mengganggu kehidupan selagi tidak dilakukan secara berlebihan.
Penyebab seseorang melakukan flexing beragam. Berikut 5 penyebab seseorang melakukan flexing (Indira Lintang, 2023):Â
1. Tekanan sosial
Tekanan sosial dari keluarga, kerabat kerja, dan teman dekat menjadi salah satu penyebab utama seseorang melakukan flexing.Â
2. Masalah sosial
Mereka yang memiliki masalah kepribadian seperti narcissistic personality disorder (NPD) kerap menjadi salah satu pelaku yang melakukan flexing di media sosial.
Pasalnya, orang yang memiliki masalah narcissistic ini memang selalu merasa bahwa dirinya penting dan senang menjadi pusat perhatian banyak orang.Â
3. Kesepian
Penyebab flexing yang ketiga adalah kesepian atau tidak memiliki teman dekat.Â
4. Mencari pasangan
Perilaku flexing sering digunakan seseorang untuk menarik perhatian lawan jenis atau orang yang disukai. Biasanya, tindakan ini bertujuan supaya keberadaannya terlihat sehingga orang yang disukai mulai melakukan percakapan kecil dengannya.Â
5. Rasa percaya diri
Salah satu penyebab terbesar perilaku flexing adalah tidak merasa percaya diri sehingga mereka mencoba untuk membeli pakaian branded untuk mendapat pengakuan atau diterima di suatu kelompok.
Tak sedikit orang yang ingin memenuhi kebutuhan untuk flexing dengan cara berhutang. Seseorang bisa saja mendapatkan dengan cara "Pinjol". Menurut kisah Dwi (nama samaran), awalnya ia berhutang untuk memenuhi kebutuhan flexingnya. Lama-lama hidupnya penuh dengan hutang. Setelah sekian lama, ia terbiasa dengan berhutang untuk melakukan flexing, namun ia juga kesulitan untuk membayar semua hutang-hutangnya. Akhirnya, ia memohon kepada teman-temannya untuk membantu mencari jalan keluar dan tetap berhutang untuk membayar hutang yang lalu.
Menurut Lucia Dwi Puspita Sari (2023), di sisi lain flexing bisa sangat berguna. Seperti dalam bidang pemasaran, karena dapat menarik minat dan kepercayaan konsumen untuk membeli suatu produk atau memakai layanan jasa yang ditawarkan.
Fenomena flexing ini justru tidak dilakukan oleh orang yang benar-benar kaya. Karena orang miskin selalu ingin menunjukkan dirinya, namun orang yang sungguh kaya tidak mau menunjukkan kekayaannya.