Mohon tunggu...
Abner Darmawan Sigar
Abner Darmawan Sigar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa S1 pertanian

tertarik pada semua hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Legenda Gunung Wayang dan Pertanian Berkelanjutan

14 Februari 2024   20:41 Diperbarui: 14 Februari 2024   22:44 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar gunung wayang sumber: JagoanTravel.com

Halo, warga Jawa Barat! Pasti banyak yang tahu Garut, kan?  Garut, sebuah kota kecil di Jawa Barat, mungkin terkenal dengan dodol, tarung kambing, dan produk olahan kulitnya, tapi tahukah kalian bahwa Garut juga memiliki tanah yang subur dengan berbagai varietas unggulan seperti padi, sayuran, buah-buahan, dan peternakan? Bahkan, kekayaan alam Garut dipenuhi dengan kearifan lokal yang tercermin dalam legenda terkenal, yaitu legenda Gunung Wayang. 

Cerita Gunung Wayang (klik disini untuk mebaca cerita lengkapnya) 

Cerita diatas bermula dari Pangalengan, sebuah tanah makmur dengan panorama alam yang indah di sekitar Gunung Bedil, Gunung Wayang, dan Gunung Windu. Legenda Gunung Wayang menceritakan Pangeran Jagalawang yang memilih hidup sepi di puncak gunung, memiliki putri cantik bernama Putri Langka Retna Ningrum. Pangeran Gagak Taruna, seorang kesatria, datang untuk menikahi Putri Langka Retna Ningrum, namun tergoda oleh penjelmaan arwah cantik, Nyi Kantri Manik. Akibat kekhilafannya, Pangeran Gagak Taruna tenggelam di mata air Hulu Sungai Citarum, memutuskan takdir hidupnya.

Pernikahan yang semula penuh harapan berubah menjadi tragedi, dengan Pangeran Gagak Taruna yang hilang. Sang mertua, Pangeran Jaga Lawang, marah dan melemparkan barang-barang dapur, membentuk gunung dan pepohonan. Putri Langka Retna Ningrum, penuh duka, pergi ke hutan dan menangis hingga membentuk Curug Cibeureum. Kesetiaan personil gamelan yang menunggu kepulangan sang pengantin berubah menjadi arca di puncak Gunung Wayang. Cerita ini menuturkan sejumlah tempat yang terkait dengan legenda tersebut, seperti Gunung Kendang, Situ Cileunca, dan Gunung Seda. Setiap fenomena alam di daerah ini diyakini memiliki keterkaitan dengan kisah tragis Pangeran Gagak Taruna dan Putri Langka Retna Ningrum.


Legenda Gunung Wayang di atas secara tidak langsung mencerminkan kaitannya dengan pertanian keberlanjutan melalui beberapa aspek, termasuk aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

  1. Aspek Sosial:

    • Kualitas Makanan: Dalam cerita, Pangeran Gagak Taruna berusaha meningkatkan kualitas pertaniannya dengan menggunakan air dari mata air Hulu Citarum. Meskipun upayanya tidak berujung baik, konsep ini mencerminkan keinginan untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian.
    • Kesejahteraan Petani: Cerita juga menyoroti pentingnya keselamatan dan kesejahteraan petani. Pemberian petunjuk oleh Pangeran Jaga Lawang kepada Pangeran Gagak Taruna untuk tidak terlalu sering ke Hulu Citarum menggambarkan kesadaran akan bahaya di sekitar pertanian dan pentingnya menjaga kesejahteraan petani.
  2. Aspek Ekonomi:

    • Kemakmuran dan Kekayaan: Pangeran Gagak Taruna berharap untuk meningkatkan kekayaan dan kemakmuran dengan menggunakan air dari mata air Hulu Citarum. Meskipun gagal, niatnya mencerminkan aspirasi petani untuk meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan ekonomi melalui usaha pertanian yang berkelanjutan.
  3. Aspek Lingkungan:

    • Hubungan dengan Alam Gaib: Legenda ini menggambarkan hubungan antara petani dan alam gaib. Perilaku Pangeran Gagak Taruna yang mencoba berhubungan dengan arwah Nyi Kantri Manik menunjukkan keterkaitan manusia dengan alam sekitarnya. Kehadiran makhluk gaib dan perlakuan manusia terhadapnya mencerminkan kepercayaan dalam menjaga keseimbangan dengan alam.
    • Dampak Negatif Aktivitas Manusia: Tindakan Sang Pangeran Jaga Lawang yang marah dan menghancurkan lingkungan di sekitarnya (membentuk gunung, pepohonan) sebagai reaksi atas kematian putranya mencerminkan dampak negatif aktivitas manusia terhadap lingkungan.

Dengan demikian, legenda Gunung Wayang yang berkembang di Pangalengan, Garut, tidak hanya menghibur dengan kisah tragisnya tetapi juga memberikan gambaran mengenai keterkaitan yang dalam antara manusia dan lingkungannya. Melalui kebijaksanaan lokal dan nilai-nilai keberlanjutan yang tercermin dalam cerita ini, kita dapat belajar tentang betapa pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam, memahami risiko pertanian, dan menghargai kehidupan petani. Garut, dengan segala kekayaan alamnya, tidak hanya menawarkan produk unggulan, tetapi juga cerita yang mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai keberlanjutan yang relevan untuk diterapkan dalam dunia pertanian dan lingkungan secara lebih luas. Mari bersama-sama menjaga kekayaan alam dan kearifan lokal untuk menciptakan masa depan pertanian yang berkelanjutan di Garut dan di seluruh dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun