Demokrasi bukan hanya hak untuk memilih; itu adalah hak untuk hidup bermartabat.- Naomi Klein
Seperti halnya sebuah bangsa yang besar,Indonesia memang ditakdirkan sebagai negara kesatuan yang terdiri dari banyak entitas politik didalamnya, bukan hanya soal corak partai namun ada beragam hal fundamental yang menjadi bagian dari jalannya Politik itu sendiri. Sebagai sebuah bangsa yang besar, generasi muda di Indonesia memegang peranan penting dalam proses jalanya sebuah demokrasi karena mereka adalah pilar penting yang akan menentukan keputusan-keputusan politis di puncak pimpinan tertinggi suatu bangsa yaitu Presiden dan Wakil Presiden.Â
Sejarah telah banyak mencatat keikutsertaan pemuda Indonesia dalam politik telah menghasilkan gerakan yang revolusioner dan dinikmati oleh generasi muda berikutnya seperti halnya Gerakan Boedi Oetomo, Peristiwa Rengasdengklok, dan yang paling memorable untuk dikenang adalah Gerakan Reformasi 1998 yang menumbangkan Orde Baru dan membuka luas Paradigma Politik Indonesia setelahnya.
Berangkat dari hal tersebut, Pemuda Indonesia memiliki posisi yang sangat sentral dalam gerakan politik baik sebagai penjaga marwah ataupun sebagai penggerak politik itu sendiri. Keikutsertaan Pemuda dalam politik bukan hanya menandakan mereka tidak apatis terhadap politik namun juga sebagai wujud partisipasi mereka sebagai bagian dari pilar politik itu sendiri.Â
Lebih jauh dari itu, anak muda yang hari ini ikut serta mengawal jalanya demokrasi melalui jalan politik telah sahlah untuk dapat dikatakan bahwa mereka menempatkan kepentingan bersama-sama diatas kepentingan pribadi merekaÂ
Namun menjadi Ironi memang ketika anak muda yang diproyeksikan sebagai pilar utama karena pikiran mereka diharapkan mampu menerjang pikiran-pikiran politikus tua dalam kontestasi politik di Indonesia telah mengalami ketumpulan dalam berpikir secara rasional. Anak muda yang seharusnya menjadi pengkoreksi,pengawal dan juga pemikir malah ikut serta hanyut dalam politik gimick yang dipertontonkan oleh para politikus. Bukan hanya itu, suara anak muda yang seharusnya menjadi decider vote malah tidak lebih dari komoditas dagangan di kalangan elit partai politik, baik yang dibeli dengan uang,barang,jabatan ataupun hal yang paling menjengkelkan suara mereka dibeli dengan Politik gimmick yang dipertontokan oleh para kandidat.
Ironi memang, namun hal tersebut dapat terjadi karena telah rusaknya Pilar Politik yang telah disematkan kepada para anak muda di Indonesia. Crytichal Thinking yang sehari-harinya disematkan kepada para pemuda telah sirna seiring dengan tumpulnya rasionalitas pemuda dalam berpikir. Politik bukan hanya mencari kekuasaan namun lebih dari itu bagaimana kita mengawal kekuasan tersebut agar tidak bersifat absolute, agar suara kita dipertimbangkan sebagai anak muda. Seharusnya,sebagai sebuah entitas yang paling ditakuti oleh para politikus, anak muda mampu memberikan pressure terhadap para kandidat dan bukan malah hanyut dalam gimmick yang dipertontonkan. Anak muda yang diperhitungkan pemikirannya, tindakanya dan bukan hanya suaranya saja tidak pantas untuk bersikap cengeng dalam mengikuti proses dan tahapan demokrasi yang saat ini sedang berlangsung.
Sekali lagi, anak muda memegang peranan penting dalam setiap peristiwa politik di Indonesia yang diterjemahkan Bukan hanya melalui suaranya namun juga pemikiran-pemikirannya telah ikut serta menentukan arah jalannya kedepan karena negara menjadi fasilitator utama dalam setiap perkembangan anak muda. Lalu dengan apa agar fasilitator utama tersebut mengerti dan menganggap pemuda itu penting? ya benar, dengan keputusan politis kritis yang anak muda berikanÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI