Negara yang agraris dan marintim yang memiliki sumber daya alam yang cukup tinggi dimana para penduduknya rata-rata adalah petani dan nelayan untuk daerah pegunungan dan daerah dekat pesisir pantai. Pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang mengelola sumber daya alam semaksimal mungkin demi guna melanjutkan kelangsungan hidup manusia.
Semua masyarakan di Negara ini adalah pekerja keras, dimana rakyat dari kalangan menengah ke bawah mencukupi kebutuhan. Masyarakat di daerah desa pedalaman adalah menginginkan kualitas pendidikan dan pengajaran di wilayahnya itu membaik untuk mencerdaskan anak-anaknya supaya menjadi orang yang berintelek. Marilah kita lihat kenyataan yang ada dalam Negara ini dimana sebuah kasus dari tahun ketahun semakin bertamah, membuat hutang Negara menjadi melonjak. Masalah ini adalah korupsi yang tak kunjung selesai-selesai serta dalam tindakan penanganan penyelidikan korupsi ini masih lambat, hal ini dapat berdampak pada dunia pendidikan dan ekonomi di Negara kita.
Negara Indonesia yang dulunya adalah Negara Terkaya dengan sumber daya alam yang di kelola dengan baik, akan tetapi Negara Indonesia harus membayar hutang-hutang dari para penjajahan kolonial Belanda dari banyaknya hutang dan banyaknya korupsi yang telah dilakukan oleh pihak VOC, Contoh ini dilakukan oleh para kaum kapitalis dimana mereka ingin mendapatkan keuntungan untuk memperkaya dirinya sendiri. Seharusnya mereka tahu bahwa korupsi merugikan rakyat Indonesia dan memberikan dampak-dampak negative untuk Negara ini.
Seharusnya selaku pihak capitalis mengerti kondisi ekonomi dan keuangan di Indonesia yang terlilit hutang hingga trilliunan dollar, hal ini membuat para kaum elit lebih menyusahkan rakyat kalangan menengah kebawah dimana masyarakat ini tertindas dalam segi ekonomi yang harus berusaha dan berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan mereka secara material maupun secara formal. Terlebih lagi jika mereka mempunyai anak-anak yang harus di sekolahkan dengan biaya yang lumayan banyak.
Masih adakah kaum koruptor yang menyadari tentang kehidupannya dengan menyengsarakan rakyatnya? Mereka pasti berfikir dan berdialektika di dalam otaknya "untuk apa saya kuliah tinggi tinggi? untuk apa saya kalau sudah mempunyai kekayaan ini? toh saya juga belajar hingga mencapai kesuksessan seperti ini? toh saya juga yang bias sampai di atas seperti ini? Mereka kan gak sungguhsungguh dalam belajarnya, mangkanya saya menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki kehidupan saya dengan Royalitas tanpa batas, jadinya hak saya, saya mau apa dan mau seperti apa." Seharusnya mereka masih mempunyai hati nurani yang telah di tunjuk sebagai amanah dalam negeri, namun mereka menggunakan kesempatan ini guna memperkaya diri sendiri.
Sebagai petinggi atau pejabat Negara seharusnya menjadi amanah dan menjadi contoh dari negeri ini bukan memanfaatkan fasilitas keuangan Negara dengan memperkaya diri sendiri dan mementingan dirinya hingga terjadinya inflasi dalam hutang Negara ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan social dalam Negara ini. Banyaknya pelaku korupsi yang belum menyadari juga tentang arti kepentingan dalam Negara ini lebihtinggi daripada harus memperkaya diri dengan nilai material dan menganggap penguasa bisa melakukan semuanya.
Seharusnya orang yang mempunyai wibawa dan kekuasaan tertinggi adalah dia yang bias mengerti dan memahami nasib rakyatnya. Dulu mereka berjanji tidak akan melakukan korupsi, namun nyatanya harapan tinggal harapan janji tinggallah janji yang tak kunjung pasti. Semua tujuan telah diorasikan dari mulut untuk meyakinkan bahwa dirinya baik dan amanah untuk dipilih. Ketika penghianatantentang keuangan pun mereka ambil dan gunakan tanpa sebab sebab yang pasti. Penghianatan yang terjadi hanyalah sebab duniawi yang ingin dipandang tingi. Inikah negeri yang kaya akan alam namun miskin dalam tindakan beradab bagi para penguasasnya?sebuah sebab yang dilakukan pemimpin dan pengurus bangsa ini hanya lah mementingkan ego bukan bersama dengan kata lain "AKU" adalah ego tertinggi dalam para pejabat pemerintahan dinegeri ini. .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H