Oleh: Abiyyu Imamul Abrar
Lingkungan pesantren seringkali digambarkan tenteram, penuh nilai-nilai kebaikan, dan menjadi rumah bagi santri yang taat beragama. Namun, di balik gambaran indah ini terdapat kebenaran yang menyakitkan. Salah satu hal yang masih menjadi permasalahan dalam dunia pesantren adalah praktik perundungan yang terjadi di sana.Bullying di lingkungan pesantren merupakan permasalahan yang serius dan memerlukan solusi yang serius. Sebagai lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, sekolah Islam seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar dan berkembang. Namun sayangnya banyak terjadi kasus bullying baik secara fisik, verbal maupun emosional.Salah satu bentuk penindasan yang paling umum adalah ketika orang yang lebih tua memperlakukan orang yang lebih muda secara negatif.
Orang dewasa sering kali memaksakan kehendak mereka, memaksa remaja melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keinginan mereka, dan sering kali melibatkan kekerasan fisik. Hal ini dikarenakan adanya hierarki yang kuat di lingkungan pesantren dimana orang yang lebih tua diharapkan mempunyai kewenangan dan hak untuk memperlakukan anak yang lebih kecil sesuai keinginannya.Pelecehan verbal juga menjadi masalah umum di pesantren. Baik pelajar, tua maupun muda, sering kali saling mengejek, menghina, dan menghina satu sama lain. Kata-kata kasar, makian dan hinaan menjadi senjata ampuh yang merusak kepercayaan diri dan kesehatan mental korbannya. Situasi ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental siswa, terutama mereka yang mempunyai sikap negatif.Intimidasi mental tidak dapat dihindari di lingkungan pesantren.
Orang dewasa sering kali melakukan aktivitas seperti penelantaran, isolasi, dan teror yang dapat membahayakan kesehatan emosional dan mental anak kecil. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan, rendahnya harga diri, dan depresi pada korban, yang pada akhirnya menghambat pembelajaran dan perkembangan mereka.Sayangnya, di lingkungan sekolah Islam, perundungan dianggap biasa bahkan dianggap sebagai bagian dari proses pembelajaran. Banyak orang yang beranggapan bahwa bullying akan membuat siswa menjadi lebih kuat, lebih disiplin, dan lebih sabar. Namun, pemikiran seperti ini akan memperkuat siklus kekerasan dan berdampak negatif pada korbannya.Apalagi, ketidaktahuan dan pemahaman akan bahaya perundungan menjadi salah satu penyebab praktik ini terus marak di pesantren. Banyak pihak baik pendidik, guru, dan siswa belum sepenuhnya memahami dampak negatif bullying serta pentingnya mencegah dan mengatasinya.
Penyelesaian permasalahan ini memerlukan upaya komprehensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari guru pesantren hingga guru dan siswa. Pengurus pesantren harus berkomitmen untuk menegakkan undang-undang anti-intimidasi dan menghukum berat pelakunya. Mereka juga harus memastikan bahwa lingkungan sekolah Islam merupakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa.Guru di pesantren juga harus berperan aktif dalam mencegah dan memberantas perundungan. Mereka perlu memahami masalahnya dan mampu mengenali tanda-tanda awal perundungan. Mereka juga perlu menjadi teladan bagi siswa yang menunjukkan sikap dan perilaku yang baik.Yang tidak kalah penting, peran aktif santri sangat diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan perundungan di lembaga pendidikan Islam.
Mereka perlu lebih sadar dan memahami masalah ini serta berani melaporkan perilaku bullying. Orang dewasa juga harus menjadi teladan bagi anak-anak mereka dan menunjukkan rasa saling menghormati dan mendukung.Upaya tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan dan berkesinambungan untuk menghentikan perundungan di lembaga pendidikan Islam dan mewujudkan suasana belajar dan perkembangan peserta didik yang lebih kondusif. Pesantren hendaknya menjadi lingkungan yang aman, positif dan penuh kasih sayang agar santri dapat tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya berintelektual tetapi juga kuat secara intelektual dan spiritual.Oleh karena itu, mengungkap realitas brutal penindasan di lembaga pendidikan Islam merupakan langkah penting dalam mewujudkan cita-cita pendidikan Islam yang otentik.
Pesantren hendaknya menjadi tempat yang tidak hanya terkenal dengan ilmu agamanya, namun juga tempat yang benar-benar dapat membesarkan bangsa masa depan dengan akhlak yang baik dan nilai-nilai yang kuat. Praktek bullying di pesantren hanya dapat dihentikan melalui upaya bersama dan diganti dengan suasana yang lebih kondusif bagi tumbuh kembang santri.
MAHASISWA ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H