Target ini mampu diwujudkan Amran dengan komitmen untuk tidak impor beras bahkan siap mengorbankan nyawa demi mensejahterakan petani benar-benar tidak main-main. Tidak adanya impor beras 2016 pun sekaligus mematahkan keraguan berbagai kalangan yang beranggapan tidak mungkin mewujudkan swasembada beras dalam waktu dekat.
Namun, seandainya tidak ada Program UPSUS, Indonesia di tahun 2016 dipastikan akan mengimpor beras mencapai 16 juta ton. Apabila ini terjadi, beras petani tidak ada harganya, akibatnya petani terus gulung tikar, inflasi tidak terkendalikan dan akhirnya kemiskinan di tingkat petani makin melebar. Parahnya, kondisi ini dipastikan akan menimbulkan disintegrasi sosial sehingga ketahanan negara pun menjadi terganggu.
Program UPSUS pun membantu Bulog dalam menyerap gabah petani sehingga rantai pasok menjadi pendek dan petani mendapat harga yang menguntungkan. Hasilnya, kinerja serapan beras selama 2 tahun pemerintahan Jokowi-JK menunjukkan tren yang meningkat.
Berdasarkan data Bulog, serapan gabah di tahun 2016 mencapai 2,97 juta ton dan stok beras sampai dengan Desember 2016 mencapai 1,734 juta ton. Penyerapan ini lebih tinggi dibanding serapan 2014 yang hanya 1,8 juta ton dan 2015 sekitar 2,4 juta ton.
Optimalnya kinerja serapan Bulog tersebut, karena adanya keterlibatan Amran yang berani melakukan “revolusi mental” pada institusi Bulog melalui Program Serap Gabah Petani (Sergap). Yakni merubah pola kerja konvensional diganti dengan cara kerja yang baru.
Pertama, mengubah kebiasaan Bulog membeli beras yang hanya menguntungkan middle-man menjadi membeli gabah langsung ke petani. Kedua, mengubah dari biasa bermitra hanya ke pedagang atau penggilingan menjadi bermitra petani dan seluruh stakeholder.
Ketiga, mengubah cara kerja pasif yaitu beras diantar pedagang langsung ke gudang Bulog menjadi menjemput bola turun langsung ke sawah membeli gabah. Keempat, mengajarkan praktek bisnis yang profesional dan menguntungkan sekaligus melindungi yang lemah.
Kemudian di tahun 2017, Kementerian Pertanian kembali menggerakan Tim Sergab untuk mempercepat penyerapan gabah petani dan sekaligus menstabilkan harga. Upaya ini sekaligus menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi untuk menjaga kedaulatan pangan dengan menyerap gabah petani minimal 4 juta ton setara beras dalam waktu 6 bulan yakni Maret hingga Agustus 2017.
Mentan Amran mengatakan untut mencapai target serap gabah tersebut, Kementerian pertanian menargetkan serap gabah petani pada periode Maret hingga Agustus 2017 sebanyak 8,6 juta ton atau 5,46 juta ton setara beras. Menurutnya, target ini optimis mampu dicapai karena di tahun 2016 Indonesia tidak mengimpor beras atas prestasi semua pihak khususnya Bulog dalam menyerap gabah petani.
“Kita tidak lagi impor, kita sudah mulai ekspor, prestasi kita semua. Bulog mampu penuhi stok, prestasi yang banggakan. Luas lahan tanam terus bertambah, 6 juta ton gabah terus bertambah. Jagung pun impornya terus turun, tertinggi dalam sejarah,” kata Amran saat memberikan arahan dalam Rapat Gabungan Percepatan Serap Gabah dan Pengamanan Harga 2017 di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, (23/2/2017).
Revolusi mental melalui Program Sergab ini diyakini berdampak ekonomi lebih luas, memperpendek rantai pasok semula 7 hingga 9 level menjadi 3 hingga 4 level saja, memberikan perlindungan harga dan profit bagi petani, merubah struktur dan prilaku pasar pangan, serta mewujudkan keseimbangan manfaat dinikmati antara produksen, pedagang dan konsumen.