Mohon tunggu...
Abiwodo SE MM
Abiwodo SE MM Mohon Tunggu... Bankir - Professional Bankers, Student at UI

Bankers yang selalu fokus terhadap "goal-oriented with an eye for detail, a passion for designing and improving creative processes also expertise in corporate relations" Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di UI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bank Besar AS Kolaps, Begini Dampak Perbankan RI

17 Maret 2023   17:13 Diperbarui: 17 Maret 2023   19:00 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Sumber: pexels.com

Kabar bangkrutnya tiga bank besar yaitu Silicon Valley Bank (SVB), Bank Silvergate dan Bank Signature menyita perhatian dunia. Kita tahu bahwa SVB merupakan salah satu bank terbesar di Amerika Serikat (AS). Bank yang fokus pada pendanaan startup ini, mempunyai aset sebesar USD209 miliar.

Sedangkan Bank Silvergate dan Bank Signature fokus pada pembiayaan industri crypto yang semuanya memiliki aset lebih kurang sebesar USD110 miliar. Lantas bagaimana bank besar bisa kolaps begitu saja?

Banyak yang bertanya-tanya kenapa bank sebesar ini tumbang. Mari kita selami lebih dalam penyebabnya. Namun dalam tulisan ini saya hanya membahas terkait kebangkrutan SVB agar lebih fokus pada pembahasannya.

Kegagalan SVB merupakan kasus terbesar perbankan di negeri Paman Sam setelah kebangkrutan Washington Mutual Bank pada tahun 2008. SVB bangkrut setelah gagal mengumpulkan USD2,25 miliar anggaran tambahan dalam dua hari yang menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan.

Meski seakan mustahil, nyatanya bank tersebut bangkrut pada Jumat, 10 Maret 2023. Yang mengejutkan, SVB runtuh dalam waktu 48 jam. Kepanikan publik atas kebangkrutan SVB berawal ketika komunitas modal ventura memutuskan untuk mengakhiri masa kerjanya yang sudah berjalan selama 40 tahun.

Komunitas modal ventura panik karena suku bunga The Fed agresif. Para investor ramai-ramai menarik obligasi jangka panjang era suku bunga rendah (2018-2021) sehingga memicu kebangkrutan SVB. Karena penarikan dana secara besar-besaran, maka terjadi penurunan interday sangat drastis. Tanpa modal, tentu bank tak sanggup menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya.

Rabu malam 8 Maret 2023 waktu setempat, bank sebenarnya sudah mengalami penurunan spiral. Akibat penurunan ini, bank membutuhkan modal agar bisa menopang neraca keuangan secara memadai.

Karena dislokasi ini, bank terpaksa menjual semua obligasi mereka dengan kerugian US$1,8 miliar dan menerbitkan saham baru untuk menambah likuiditas. Penarikan deposit dari bank ini juga tinggi karena fenomena runtuhnya Bank Silvergate dan kemudian Bank Signature.

Nyatanya para investor, pemodal ventura dan lembaga keuangan bereaksi negatif terhadap kebijakan ini. Pada Kamis, 9 Maret 2023, terjadi gelombang besar penarikan deposit. Kondisi diperparah ketika terdapat instruksi yang mengharuskan perusahaan portofolio untuk memindahkan dana. Alhasil bank run tak dapat dihindari. Penarikan simpanan secara mendadak dan besar membuat bank tidak mampu memenuhi kewajibannya sehingga menyebabkan kolaps.

Nasabah berharap agar simpanan yang diasuransikan akan tersedia sesegera mungkin. Fakta lain terungkap, SVB tidak mengasuransikan sebagian besar simpanan mereka. Terakhir, lembaga penjamin simpanan FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation) membantu mencairkan dana nasabah, meskipun hanya terbatas sampai USD250 ribu per nasabah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun