Mohon tunggu...
Aenun Najib
Aenun Najib Mohon Tunggu... -

Seseorang yang belum banyak tahu, dan ingin lebih banyak tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seperti Sebelumnya Saya Tidak Akan Merayakannya

31 Desember 2012   10:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:44 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hitungan jam kita akan meninggalkantahun 2012 menuju tahun 2013. Seperti setiap menghadapi pergantian tahun sebelumnya, kita kembali akan menyaksikan hiruk pikuk orang-orang yang akan merayakannya. Mulai dari menyiapkan kembang api dan terompet, mendatangi tempat-tempat yang mengadakan acara perayaan pergantian tahun, atau mengunjungi tempat-tempat lainnya untuk sekedar mengisi waktu liburan tahun barunya. Perayaan tahun baru adalah budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Mereka yang merayakannya biasanya akan membuat reolusi-resolusi baru dalam kehidupannya di tahun yang baru nanti. Nah, pada tulisan kali ini penulis akan membahas sejarah perayaan tahun baru berikut ornamen-ornamen (terompet dan kembang api) yang biasanya digunakan dalam perayaan tahun baru. Sejarah Perayaan Tahun Baru Sejak Abad ke-7 SM bangsa Romawi kuno telah memiliki kalender tradisional yang dibuat berdasarkan pengamatan terhadap munculnya bulan dan matahari, dan menempatkan bulan Martius (Maret) sebagai awal tahunnya. Pada tahun 45 SM Kaisar Julius Caesar mengganti kalender tradisional ini dengan Kalender Julian . Urutan bulan menjadi: 1) Januarius, 2) Februarius, 3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6) Iunius, 7) Quintilis, 8) Sextilis, 9) September, 10) October, 11) November, 12) December. Di tahun 44 SM, Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” dengan namanya, yaitu “Julius” (Juli). Sementara pengganti Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus, mengganti nama bulan “Sextilis” dengan nama bulan “Augustus. Sistem penanggalan yang diawali bulan Januarius ini kemudian dikenal dengan nama Kalender Julian yang berlaku di seluruh Eropa hingga tahun 1582 M. Januarius (Januari) diambil dari nama dewa Romawi ‘Janus’ yaitu dewa bermuka dua, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Nama Dewa ini dipilih sebagai bulan pertama dalam Kalender Julian karena posisinya yang konon sebagai penjaga Gerbang Olympus, gerbang menuju tahun yang baru. Selain itu, karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan Konsul diadakan, karena semua aktivitas umumnya libur dan semua Senat dapat berkumpul untuk memilih Konsul. Di bulan Februari Konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejak saat itu Tahun Baru orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari. Tahun Baru 1 Januari pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Setelah meninggalkan abad-abad pertengahan, pada tahun 1582 M Kalender Julian diganti dengan Kalender Gregorian. Dinamakan Gregorian karena dekrit rekomendasinya dikeluarkan oleh Paus Gregorius XIII. Dekrit ini disahkan pada tanggal 24 Februari 1582 M. Isinya antara lain tentang koreksi daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari kalender Julian. Pada tahun 1582 M Paus Gregorius XIII juga mengubah Perayaan Tahun Baru Umat Kristen dari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari. Hingga kini, Umat Kristen di seluruh dunia merayakan Tahun Baru mereka pada tanggal 1 Januari. Sejarah Meniupkan Terompet dalam Perayaan Tahun Baru Agama dan Umat Yahudi merayakan dan menyebut perayaan tahun baru mereka dengan nama Rosh Hashanah, yang berarti “Kepala Tahun”.Rosh Hashanah ini digunakan umat Yahudi untuk memperingati penciptaan dunia seperti yang ditulis dalam Talmud, kitab suci mereka. Mereka merayakannya dengan cara berdoa di sinagog, dan meniupkan bunyi-bunyian dari shofar (tanduk).. Ketika Panglima Pompey dari Kekaisaran Romawi Kuno menguasai Yerusalem pada tahun 63 SM, orang-orang Yahudi mulai mengikuti Kalender Tradisional Romawi (Kalender Bangsa Romawi yang menjajahnya). Dan setelah berdiri negara Israel pada tahun 1948 M, mulai tahun 1950an M Kalender Ibrani menurun penggunaannya dalam kehidupan bangsa Yahudi sekuler. Mereka lebih menyukai Kalender Gregorian untuk kehidupan pribadi dan kehidupan publik mereka. Dan sejak tahun 1980an, bangsa Yahudi sekuler justru mengadopsi kebiasaan Perayaan Tahun Baru Gregorian (Tahun Baru Masehi) yang biasanya dikenal dengan sebutan ”Sylvester Night” dengan berpesta pada malam 31 Desember hingga 1 Januari. Yang menjadi catatan, perayaan tahun baru umat yahudi dengan budaya meniupkan bunyi-bunyian ini diadopsi dan dimodifikasi oleh orang-orang non Yahudi (ghoyim), mereka juga merayakannya dengan meniupkan bunyi-bunyian, bukan dari shofar (tanduk), melainkan bunyi-bunyian dari terompet. Budaya Menyulut Kembang Api dan Mercon pada Malam Pergantian Tahun Bangsa Tionghoa merayakan tahun baru mereka pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari hingga awal Februari) atau jika memakai kalender Gregorian tahun baru ini terletak antara 21 Januari hingga 20 Februari. Mereka menyebutnya dengan nama Imlek. Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Cina sangat beragam. Namun secara umum berisi perjamuan makan malam pada malam tahun baru, serta penyulutan kembang api dan mercon juga menyalakan lampion. Menurut legenda mereka, pada zaman dahulu setiap akhir tahun muncul sejenis binatang buas Nian Show yang memangsa apa saja yang dijumpainya. Binatang ini muncul tepat pada saat menjelang tahun baru Imlek. Nian Show berarti tahun (Nian) binatang (Show) dan di dalam penanggalan Imlek lampion dilambangkan dengan 12 jenis binatang yang dikenal dengan shio-shio Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi, Tikus, Kerbau, Macan dan Kelinci. Untuk menjaga diri dari serangan Nian Show, menjelang tahun baru, semua pintu dan jendela di pemukiman penduduk ditutup rapat hingga hari maut itu berlalu. Masing-masing keluarga berkumpul di rumah. Setelah beberapa tahun ternyata Nian Show tidak lagi muncul pada tahun baru Imlek. Hal ini membuat kecemasan masyarakat hilang dan tahun baru dirayakan dengan leluasa. sampai akhirnya pada suatu tahun makhluk ini kembali muncul dan membuat kekacauan. Beberapa rumah penduduk ternyata terhindar dari serangan. Konon hal ini dikarenakan Nian Show takut pada benda-benda yang berwarna merah, juga pada mercon dan kembang api. Sejak itu setiap akhir tahun masyarakat Tionghoa menggantung kain, lampion dan kertas merah di rumah-rumah dengan dilengkapi puisi-puisi indah dalam tulisan, serta menyulut mercon dan kembang api untuk mengusir makhluk Nian Show yang berupa hawa jahat. Kini, budaya menyalakan mercon dan kembang api saat perayaan tahun baru bukan hanya milik masyarakat Tionghoa. Sebagian besar umat dan bangsa di dunia ikut menyemarakan perayaan pergantian tahun dengan menyulut mercon dan kembang api. Itulah sekelumit sejarah perayaan tahun baru dan penggunaan ornament-ornamen penyemaraknya yang penulis tahu. Lalu, apakah penulis sudah punya rencana dalam merayakan malam tahun baru dan sudah mempersiapkan terompet dan mercon untuk menyemarakkannya? Oh tidak! terimakasih. Penulis hanya teringat dengan kalimat dari tokoh yang sangat penulis kagumi yang artinya seperti ini: “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum/ bangsa maka dia termasuk salah seorang dari mereka”. (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi) Dan ini: “Sesungguhnya kamu akan mengikuti perjalanan orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta; bahkan kalau mereka masuk lobang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka.” (HR. Bukhari) Tentunya tanpa mengurangi rasa hormat bagi yang akan merayakannya. Wassalam… Ilustrasi: www.istockphoto.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun