“Ya maklum lah Bang, siapa yang ga marah jika masjid dibakar. Masa iya mau beribadah kok dilarang.” Komentar saya. Perbincangan semakin seru.
“Nah itu poinnya. Lihat teman-temanmu itu di Bukit Duri. Masjid mereka disegel oleh Front Pembela Nganu dengan alasan mereka itu Ahmadiyah. Konteksnya sama saja toh, tapi kok ya media adem-adem aja. Belum lagi sodara-sodara kita di Sampang, mereka bukan Cuma dilarang beribadah, melainkan diusir dari kampung halamannya bertahun-tahun hanya karena mereka Syiah. Ironi bukan ?”
“ooh, itu kan Jemaah Syiah Bang, banyak yang beranggapan ajaran mereka kan telah menyimpang” balas diri saya mencoba meluruskan.
“Loh kita ini memang pasti tidak sesat? Yang berhak menentukan sesat dan kafir ya Gusti Allah semata. Tugas kita ya menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta mengikuti akhlak yang diajarkan Kanjeng Rosul. Mestinya jangan langsung dengan melakukan tindakan pelarangan apalagi kekerasan. Toh kalo seandainya mereka terbukti benar-benar 'menyimpang',Kan bisa mereka diajak musyawarah, tabayun bareng mencari pemecahan masalah. Lah kalo sedikit-sedikit menggunakan pemaksaan ya Insya Allah sampai Imam Mahdi turun ya persoalannya akan tetep begini saja mas.”
“Sudah-sudah Bang mendingan kita liat acara TV aja kang liat berita apa yang terjadi hari ini”. Selanjutnya saya meminta mang Dadang untuk menyalakan TV dengan channel TV On*.
Kebetulan berita menayangkan tentang terjadinya perjanjian dan kesepakatan damai dari berbagai pihak, khususnya pihak GIDI, tokoh agama Islam, serta musyawarah Pimpinan Daerah Papua. Pada intinya, mereka bersepakat untuk saling menjaga kerukunan dan saling mengucapkan permohonan maaf. Poin penting lainnya adalah pelaku pembakaran tetap akan diusut sesuai dengan hukum aturan yang berlaku. “Alhamdulillah”. gumam kami berdua sambil berharap kejadian seperti Tolikara tidak terulang kembali sehingga kedamaian di Indonesia tetap terjaga.
Berita selanjutnya menampilkan headline “9500 Anggota FPI Banten siap Berangkatkan Massa Jihad ke Papua”. “ASTAGHFIRULLOH HAL ADZIM !” kaget kami melihat berita demikian. “Seandainya yang dibakar masjid Syiah atau Ahmadiyah, apa mereka akan tetap berangkat ya” Tanya Bang Somad sambil berdiri bergegas pulang.
“Kang, si Bocah ini yang bayar ya!” teriak Bang Somad ke Mang Dadang sambil menghilang pulang entah kemana.
Tiba-tiba saya terbangun dari tidur dan melihat jarum jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. Saya pasrah karena pastinya akan telat datang ke kantor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H