Mohon tunggu...
ABITUL IHKSAN
ABITUL IHKSAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Perkembangan Sosial Menurut Lev Vygotsky dan Jean Piaget

16 Oktober 2024   10:28 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:09 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan sosial pada anak merupakan salah satu aspek penting yang memengaruhi cara individu berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Dua tokoh yang sering dibicarakan dalam bidang psikologi perkembangan sosial adalah Lev Vygotsky dan Jean Piaget. Meskipun keduanya sama-sama membahas tentang perkembangan anak, terdapat perbedaan mendasar dalam pendekatan mereka terhadap proses perkembangan ini. Vygotsky lebih menekankan peran interaksi sosial dan budaya, sedangkan Piaget lebih berfokus pada perkembangan kognitif individu melalui tahapan-tahapan yang spesifik.


Teori Perkembangan Sosial Lev Vygotsky
Lev Vygotsky

 seorang psikolog dari Rusia, sangat terkenal dengan teorinya yang menekankan pentingnya konteks sosial dan budaya dalam perkembangan anak. Dalam teorinya, Vygotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif seorang anak tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosialnya. Ia percaya bahwa anak-anak belajar dan berkembang melalui interaksi dengan orang lain, terutama orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berpengalaman.

Salah satu konsep utama dari teori Vygotsky adalah "Zone of Proximal Development" (ZPD) atau zona perkembangan proksimal. ZPD mengacu pada jarak antara kemampuan aktual seorang anak (apa yang dapat mereka lakukan sendiri) dan potensi perkembangan mereka (apa yang dapat mereka lakukan dengan bantuan orang lain). Menurut Vygotsky, anak-anak berada dalam ZPD ketika mereka terlibat dalam tugas yang sedikit di luar jangkauan kemampuan mereka, tetapi masih dapat diselesaikan dengan bantuan dari orang lain yang lebih ahli, seperti guru, orang tua, atau teman sebaya yang lebih berpengetahuan.

Bantuan yang diberikan kepada anak-anak selama mereka berada dalam ZPD disebut "scaffolding". Scaffolding adalah dukungan sementara yang diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya untuk membantu anak-anak mencapai tujuan tertentu. Misalnya, seorang anak yang belajar membaca mungkin memerlukan bantuan guru untuk mengidentifikasi kata-kata baru, tetapi seiring waktu, dukungan ini akan berkurang ketika anak menjadi lebih mahir.

Selain itu, Vygotsky juga menekankan pentingnya bahasa dalam perkembangan kognitif dan sosial. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat berpikir yang penting dalam membentuk pemahaman dan pemrosesan informasi. Melalui interaksi verbal dengan orang lain, anak-anak belajar bagaimana menggunakan bahasa untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, dan berpikir secara abstrak. Dalam konteks ini, Vygotsky melihat perkembangan sosial dan kognitif sebagai proses yang saling terkait.

Teori Perkembangan Jean Piaget
Berbeda dengan Vygotsky

Jean Piaget, seorang psikolog dari Swiss, lebih berfokus pada perkembangan kognitif individual. Teorinya berpusat pada bagaimana anak-anak secara aktif membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungan fisik mereka. Piaget berpendapat bahwa anak-anak adalah "ilmuwan kecil" yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan membangun pemahaman mereka tentang dunia melalui eksperimen dan eksplorasi.

Piaget membagi perkembangan kognitif anak-anak menjadi empat tahap utama, yang masing-masing ditandai oleh cara berpikir yang berbeda:

Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): Pada tahap ini, anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan dunia di sekitar mereka, terutama melalui indra dan tindakan fisik. Anak-anak mulai memahami bahwa benda-benda tetap ada meskipun tidak terlihat, yang dikenal sebagai permanensi objek.

Tahap Praoperasional (2-7 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai menggunakan bahasa dan simbol untuk mewakili objek. Namun, mereka masih kesulitan memahami pandangan orang lain dan cenderung berpikir secara egosentris. Pemahaman logis dan berpikir abstrak masih terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun