Sesaat usai Pemilu dan hasil Quick Count Pileg 2019 diumumkan dan dinyatakan selesai, sebuah pesan Whatsapp masuk ke handphone salah seorng elit partai demokrat yang menanyakan kemana langkah dan apa sikap Partai Demokrat terkait raihan suara partai tersebut. Saya yang kebetulan berada di dekat tokoh itu diperihatkan pesan yang masuk dan ikut membacanya.
Adalah hal yang wajar jika publik dan pemilih Partai Demokrat bertanya tanya kemana arah Demokrat pasca Pilpres dan Pileg selesai kelak. Tentu publik dan khususnya kader partai itu harap-harap cemas menunggu keputusan sikap Partai Demokrat  dan SBY terkait hasil Pilpres/Pileg 2019.
Kepada saya sendiri, banyak yang bertanya akan kemanakah sikap Partai Demokrat  dan SBY? Pertanyaan itu berasal dari kader PD di daerah dan juga kalangan teman teman wartawan yang tahu bahwa saya saat ini bekerja di Partai Demokrat. Rata rata pertanyaan itu berada apakah PD dan Pak SBY akan mengalihkan dukungan kepada petahana (Jokowi - Ma'ruf) atau tetap bersama Prabowo - Sandi dan menjadi bagian dari kubu oposisi jika kelak benar benar dinyatakan kalah.
Akhirnya, memang harus saya akui bahwa akhirnya banyak yang merasa kecewa atas keputusan PD dan SBY dan menyatakan sikapnya terkait Pilpres. Sebagaimana kita tahu, SBY sudah menelpon Presiden Joko Widodo dan menyampaikan ucapan selamat atas pengumuman Komisi Pemilihan Umum yang menyebutkan bahwa pasangan Kokowi - Amin meraih suara terbanyak di Pilpres dan siap membantu pemerintahan lima tahun mendatang.
Saya memahami banyak analisis dan juga tudingan negatif terhadap SBY dan Partai Demokrat. Tentu mereka para pihak itu wajar saja bersuara demikian. Namun jika saja mereka tahu, tentu akan lain ceritanya. Baiknya kita mencermati bahwa sikap politik yang telah diambil SBY dan Partai Demokrat saat ini adalah sebuah sikap tegas, yaitu bersikap mengedepankan keselamatan bangsa dengan mengajak semua pihak yang bertikai untuk menjalin komunikasi dan menciptakan rekonsiliasi politik.
Kondisi politik saat ini jelas tidak bisa dibiarkan terus berada dalam situasi yang kian menguatirkan dengan isu politik identitas yang kian tinggi. Konflik sudah mulai terjadi di beberapa titik. Â Kita tentu tidak ingin konflik politik elit ini justru menular ke bawah yang berpotensi melahirkan konflik horizontal di tengah masyarakat.
Konflik yang muncul dengan didasari sentimen SARA tentu akan berakibat sangat fatal terhadap bangsa secara umum. Kita tentu bisa melihat bahwa saat ini adalah persaingan dua poros yang mengedepan isu identitas yang kian tidak sehat. Media sosial pun menjadi kanal yang tiap hari menyuguhkan informasi tentang kondisi ini.
Kondisi inilah menurut saya yang membuat SBY dan Partai Demokrat untuk menempuh jalan tengah. SBY mendukung langkah Capres Prabowo menggugat ke MK. Memang demikianlah salurannya. SBY juga tidak salah mengucapkan selamat kepada Jokowi berdasarkan pengumuman KPU. SBY juga mengajak semua pihak untuk menahan diri agar tidak makin terjebak dalam isu persaingan politik yang kian tidak sehat.
Patut dicatat, SBY adalah seorang negarawan yang pada saat pemerintahannya memimpin Indonesia selama 10 tahun menunjukkan sikap dan kebijakan sebagai penjaga hukum dan marwah kebangsaan. SBY tentu tidak akan mau terjerumus dan terlibat dalam sebuah kondisi yang mengarah pada konflik berbasis sentimen primordialisme dan SARA.
SBY mengajak semua pihak untuk tidak masuk terlalu dalam pada konflik yang justru tidak terjadi di masa pemerintahannya. Sebagai negarawan, SBY telah membuktikan bahwa persaingan politik selesai dengan rekonsiliasi hukum dan kebenaran. Semua pihak boleh menolak, namun ketika keputusan sudah ditetapkan, itulah yang harus diterima dan dijalankan.
Saya kira menjadi tanggung jawab bersama bagi untuk menciptakan suasana yang tenang agar proses poliitk dan konstitusional dapat berjalan dengan baik dan adil. SBY telah mengambil sikap dan menegaskan bahwa ia tidak akan mau terlibat dalam proses yang tidak sesuai dengan konstitusional.