Indonesia emas 2045 adalah tahun di mana Indonesia tepat berusia 100 tahun. Bagi sebuah bangsa, umur 100 tahun niscaya diharapkan mampu mewujudkan cita-cita para founding fathersnya.Â
Seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia mempunya cita-cita untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Kemudian memajukan kesejahteraan umum / bersama. Lalu, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial.
Nah, mengingat sudah 72 tahun Indonesia merdeka, pertanyaannya kemudian kepada kita sebagai anak bangsa, apakah kita sudah merasakan cita-cita tersebut? Atau apa yang sudah kita perbuat demi mewujudkannya? Apakah di umur 100 tahun itu kita bisa mewujudkannya?
Para pendiri bangsa tentu tak main-main dalam mengelompokkan cita-cita tersebut sebagai sebuah bentuk tuntunan bagi para penerus bangsa. Tuntunan tersebut tidak hanya ditujukan kepada para pemimpin, tetapi kepada semua elemen bangsa, dengan harapan semuanya ikut berkontribusi dan turut andil dalam perwujudannya.
Kepada kaum muda saat ini, terlebih kaum milenial, kontribusi untuk mewujudkan mimpi tersebut sangatlah besar. Berbagai peluang ada di depan mata. Namun, itu semua harus diawali dengan mimpi yang besar, serta visi dan misi yang matang. Kita tentu tidak mau kehilangan arah ketika berjalan di hutan belantara.
Anak-anak muda saat ini dituntut mempunyai visi dan gagasan. Sekarang ini patut kita apresiasi dengan banyaknya anak muda yang lebih melek dengan kepentingan yang luas, tidak hanya mandek di kepentingan diri sendiri.
Dari sekian banyak itu, nama Agus Harimurti Yudhoyono patut kita kedepankan. Ia mempunyai gagasan untuk ibu pertiwi ini dalam menggapai generasi emas 2045. Menatap seratus tahun Indonesia, cita-cita itu ia iringi dengan gagasan yang cemerlang.
Ia menyebut ada tiga prasyarat utama yang harus dipenuhi di tahun 2045. Pertama, Indonesia harus menjadi negara menjaga keamanan dan menciptakan perdamaian. Kedua, negara harus adil dan sejahtera melalui pembangunan secara berkelanjutan dan berkeadilan yang berpijak pada empat pilar: pro-growth, pro-jobs, pro-poor dan pro-environment. Empat pilar ini --berpilarkan pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Prasyarat ketiga, bangsa Indonesia harus maju dan mendunia. Indonesia jangan sampai terjebak menjadi bangsa konsumtif. Seiring perkembangan kesejahteraan masyarakat, dengan memanfaatkan teknologi tinggi, Indonesia sudah selayaknya memproduksi produk-produk unggulan kelas dunia. Alih-alih tergerusnya jati diri bangsa di era globalisasi, Indonesia mesti mampu mengekspor keunikan dan keunggulannya ke berbagai belahan dunia.
Lalu, menurut AHY, untuk mencapai misi tersebut, generasi muda ke depannya haruslah bersiap dengan terus meningkatkan kapasitas intelektual; berkarakter dan memiliki mentalitas yang kuat; dan kemampuan memimpin secara efektif.
AHY tidak menjual gagasan belaka. Gagasan tersebut ia mulai dari dirinya sendiri. Ia tak segan untuk menimba ilmu dari para-para tokoh bangsa. Hal tersebut menandakan bahwa ia sedang menujukkan perdamaian di tengah-tengah kondisi  perpolitikan. Mentalitasnya juga terus terasah.Â