Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Berdamai dengan Auramu

5 Juni 2020   22:17 Diperbarui: 5 Juni 2020   22:13 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Usah kau gugat kembali pertemuan ini. Meski berulang engkau habiskan kitab hukum terbaik di jagat bumi, niscaya mereka masih akan mengangguk dalam takzim. Mengiyakan semuanya tanpa terkecuali. Menyetujui keputusan yang mulia Tuhan Semesta Alam. Bahwa kita adalah tokoh-tokoh peran pembantu dalam lakon dunia.

Sekuat apapun ragamu melesat ke utara, seraya melepas jiwamu terbang ke selatan, demi engkau hindari pertemuan ini. Pahami rumusan alam bukanlah tandingan makhluk yang lemah semenjak lahirnya. Angin yang tiada tampak, cahaya yang mengarahkan, aroma memberi pertanda, menuju pesonamu.

Dan aku tak kuasa menafikan energi jiwamu. Memenuhi tanpa sisa, membalut tubuh dalam syahdu. Meresapi semuanya tanpa cela. Meski kucoba melawannya, menepis semua bayangan, menghabiskan waktu melupakan, mereka kembai hadir bahkan dengan lebih digdaya lagi.

Apalah dayaku kini, melunglai menggapai langit bersama tubuh yang menghamba gravitasi. Jatuh menahan ledakan sumringah jiwa nan membuncah, meluap luap menuju cahaya terang di pertengahan syawal. Aku tak kan lagi melawannya, maka izinkan aku berdamai dengan auramu.

Datang tanpa tanda, hadir meraja, sesuka mu saja. Ah, sudahlah. Aku lelah mengusirmu, tunggu sejenak akan kusajikan penganan terbaik dari dapur rasa, bersama uap hangat rempah yang memanja reseptor hati. Rasakan berjuta kalimat merefleksi kalbu. Bersama menyambut subuh hari kala mentari mencoba mengintip di sela bukit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun