Sejak malam engkau bermusuhan dengan harapan
Tanpa sanggup menyapanya meski sejenak
Sibuk membalas sikap acuhmu nan bermunculan
Dari tanah lembab penyubur syak wasangka yang tengah merebak
Dengusmu kini menderu dan mengulang
Diamini tangismu yang perlahan mengering
Menyadari asamu kian menghilang
Menghadirkan lelahmu yang kini berteriak nyaring
Sebuah surat engkau terbang layangkan
Dipenuhi diksi para pujangga yang menyerah
Menyemai tunas kalimat tentang berpamitan
Menyiramnya dengan kata-kata pisah
Permohonan izin mendekam dalam diam
Merapal mantra mutawatir dari Tuhan
Meredakan gejolak syahwat yang dibingkai harapan
Menyambut ketenangan dari semesta alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H