Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Periang di Bumi Selatan

3 April 2018   12:43 Diperbarui: 3 April 2018   12:49 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kabarkan aku tentang periang di seberang sana
Yang suaranya membuyarkan kesepian
Celotehnya mengusir kesedihan
Melodinya mendayu merayu sukma

Kabarkan aku tentang lengkung helai rambutnya
Menghitam sebagian dan memutih di tepian
Hidungnya yang mencium kesahajaan
Bibir yang meruncing di kedua pertemuannya

Kabarkan aku tentang gelegar lengkingnya
Merambat dari ketinggian seratus lima puluh lima
Menggema di puncak seratus tujuh puluh lima
Membahana di dinding dan seluruh  lantainya

Kawan, jangan beri aku kabar lagi
Lengkung helai rambutnya kini di balut satin
Lekuk dirinya terhalang gamis katun persegi
Jenjang tungkainya sembunyi sejak kemarin

Biarkan aku tak berkabar sekedipan
Demi damai yang bertandang di kediamannya
Bercakap dalam teras dan ruang makan batinnya
Mengurai makna hidup dan kehidupan

Tak perlu mengusung resah kawan
Kabar hanyalah pertumbuhan dari hakikat
Yang tak kan pernah melampaui sang tuan
Dan kini telah terpatri di benak dengan kuat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun