Semalam aku meringkuk dalam dingin
Memandangi langit-langit dalam temaram
Mendengar dengan seksama tengkar batin
Memaksa kelopak mata gagal terpejam
Pantaskah engkau sebut aku perajuk
Yang masih bertahan didera kantuk
Tengoklah jiwaku sepenuh tekad mendekat
Meski ragaku mengelak penuh semangat
Detik jam dinding mengetuk-ngetuk keras
Menguasai sunyi yang hadir lewat tengah malam
Mencibir lelaki di atas ubin tipis beralas
Menjadi saksi atas kesendirian mencekam
Aku tengah merajut dan memintal kata
Agar esok dapat kutenun dan kuberikan padamu
Hingga engkau mengerti mengapa lelah bertahta
Menggelayut di penjuru langit kalbu
Terdengar nyaring sautan ayam jantan menggema
Memecah malam yang perlahan menuju fajar
Menusuk-nusuk telingaku yang enggan mendengar
Masih meringkuk bersama dingin bercengkerama
Fajar membias pergi melahirkan matahari
Aku lelaki dingin menanti sinarnya
Datanglah hangat dan sirnalah semuanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H