Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki Dingin Beralas Tipis

29 Maret 2018   11:20 Diperbarui: 29 Maret 2018   11:35 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semalam aku meringkuk dalam dingin
Memandangi langit-langit dalam temaram
Mendengar dengan seksama tengkar batin
Memaksa kelopak mata gagal terpejam

Pantaskah engkau sebut aku perajuk
Yang masih bertahan didera kantuk
Tengoklah jiwaku sepenuh tekad mendekat
Meski ragaku mengelak penuh semangat

Detik jam dinding mengetuk-ngetuk keras
Menguasai sunyi yang hadir lewat tengah malam
Mencibir lelaki di atas ubin tipis beralas
Menjadi saksi atas kesendirian mencekam

Aku tengah merajut dan memintal kata
Agar esok dapat kutenun dan kuberikan padamu
Hingga engkau mengerti mengapa lelah bertahta
Menggelayut di penjuru langit kalbu

Terdengar nyaring sautan ayam jantan menggema
Memecah malam yang perlahan menuju fajar
Menusuk-nusuk telingaku yang enggan mendengar
Masih meringkuk bersama dingin bercengkerama

Fajar membias pergi melahirkan matahari
Aku lelaki dingin menanti sinarnya
Datanglah hangat dan sirnalah semuanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun