Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belaian Ketentraman

23 Maret 2018   14:47 Diperbarui: 23 Maret 2018   14:49 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Engkau bertanya mengapa kupilih jalan ini
Menanjak berliku dan turun tak berpola
Kadang menyempit di satu ruas lalu melebar semaunya
Menghabiskan energi, menderas peluh konsentrasi

Mari sejenak duduk dan dengarkan petuah sumirku
Aku tak memilihnya, ia datang dan mengelus penatku
Menyentuh  dasar jiwa dan menenangkan gelisah
Mengajarkan pencarian hidup dari titik terbawah

Hijaunya menyihir
Sejuknya menyenangkan
Konturnya memukau
Liuknya menggairahkan
Aromanya menghipnotis

Ditingkahi kicau nyaring penghuni hutan
Dihiasi bukit menjulang teriris tebing
Di barisan pameran hasil bumi beraneka
Menyapa deru angin menggoyang ranting-ranting

Mungkin kini engkau memupuk heran
Waktu terbuang tiada terbilang dan aku bergeming
Kawan, aku dan kamu adalah pemeran  takdir
Bergerak menuju satu akhir
Menuju tempat yang sama dalam langkah tak bersanding
Tapi percayalah, aku baik-baik saja dalam belaian ketentraman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun