Mohon tunggu...
Nurudin
Nurudin Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Seorang 'pembaca' yang sedang belajar 'menulis'. Pernah belajar menulis di eramuslim, dan dakwatuna, Penulis buku Remah-Remah Hikmah sebagai Abi Sabila

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akan Tiba Saatnya Nanti, Sabarlah Mengantri

28 Februari 2017   15:11 Diperbarui: 28 Februari 2017   15:22 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Itu suatu ketetapan, tak bisa dipungkiri. Ibarat pintu, kita semua akan melewati, berpindah dari dunia yang fana menuju kehidupan yang hakiki.

Kematian adalah suatu kepastian yang dirahasiakan. Disadari atau tidak, saat ini kita berada dalam antrian. Antrian tanpa pemberitahuan, di urutan keberapa, setelah siapa.

Siapapun kita, apapun usahanya, bila telah tiba waktunya, tak akan mampu menunda kedatangannya. Tapi bila belum saatnya, walau dicoba segala cara, tak akan dapat memajukannya.

Seperti jodoh dan rejeki, mati adalah juga rahasia. Kapan dia datang, di mana dan dengan cara bagaimana, hanya Allah yang mengetahuinya. Namun sayangnya, ada beberapa diantara kita yang memaksa segera bertemu kematian dengan berbagai alasan. Masalah kesehatan, keluarga dan ekonomi kerapkali menjadi alasan untuk bunuh diri. Astaghfirulloh! Jika bunuh diri dianggap sebuah penyelesaian dari masalah yang dihadapi, penderitaan yang dijalani, sesungguhnya masalah dan penderitaan yang lebih hebat baru saja dimulai. Na'udzubillah!

Bila tiba saatnya nanti, kita semua akan bertemu mati, sabarlah mengantri. Jangan memaksa walau merasa telah cukup bekal yang dimiliki. Jangan berputus asa walau uji dan coba tak sepi mewarnai hidup ini. Ada kasih sayang dan perhatian yang Allah curahkan dibalik ujian yang Dia berikan. Sakit dan pahit yang kita rasakan boleh jadi bukan ujian, karena ujuan yang sesungguhnya adalah apakah kita mampu menjalaninya dengan kesabaran dan keikhlasan.

Kita terlahir di dunia atas kehendakNya, maka kita kembalipun atas kehendakNya. Sebelum tiba saatnya, persiapkan bekal untuk di sana, jangan sampai menyesal karena sesal di sana tiada berguna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun