Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Teori "The World is Flat" bagi Media Sosial

5 Agustus 2018   20:38 Diperbarui: 5 Agustus 2018   21:00 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thomas L Friedman (2007) didalam menyikapi kemajuan dan kecanggihan teknologi dan informasi memberikan statement "the world is flat". Dunia semakin rata/datar. Semua orang bisa mengakses apapun dari sumber manapun. Sangat mudah untuk mencari informasi dengan cepat tanpa batas dan ruang. Bahkan seringkali kerahasiaan personalpun seakan diumbar, dengan mudah dapat diketahui dari status-statusnya di media sosial.

Ini menarik, ketika zaman dahulu orang saat berkomunikasi dengan bertukar alamat via tulisan atau bertukar nomor handphone di buku telepon. Tukar kartu nama untuk saling memberi tahu alamat masing-masing. Namun, coba sobat Kompasianer perhatikan saat ini, saat berkenalan atau bertemu kawan lama, yang diminta adalah akun Facebook, nomor whatsapp, akun twitter. Hampir semua orang yang memiliki telpon pintar atau smartphone memiliki akun media sosial dari mulai facebook, whatsapp, twitter, instagram, path dan lainnya.

Pergeseran inilah yang membuat Richard Hunter (2002) berpendapat bahwa "World wihout secret" ( Tidak ada rahasia di dunia) menunjukkan bahwa kehadiran media baru menjadikan informasi sebagai sesuatu yang sangat mudah dicari dan terbuka. Hal ini menyebabkan media tradisional seolah mendapatkan pesaing baru dalam memberikan informasi.

Coba bayangkan, media tradisional semisal media cetak koran, baru bisa memberikan informasi besok nya saat terbit, namun di media sosial semisal facebook, whatsapp sudah tersebar media terupdate bahkan detail disertai pendukung gambar maupun video.

Dari hal tersebut menjadikan tantangan bagi media cetak untuk mengimbanginya informasi melalui media online. Media online pun dikelola demi mengimbangi dan mengikuti perkembangan zaman saat ini agar tidak tergerus oleh media online lainnya. Sehingga, seringkali pemberitaan di media cetak sudah tidak "surprise" lagi karena masyarakat sudah mengetahui beberapa jam atau hari sebelumnya.

Media Tradisional Menginspirasi Media sosial

dokpri
dokpri
Sebetulnya, media sosial yang berkembang saat ini merupakan perwujudan dari ide atau inisiasi dari media tradisional yang berkembang puluhan tahun sebelumnya. Sebagai contoh media Youtube pun terinspirasi dengan adanya media Televisi atau media VCD/DVD yang diputar. Yang menarik, kemudahan media saat ini dalam mengakses video atau informasi berita tanpa ruang dan batas.

Menariknya, konon bahwa pengguna media sosial lebih banyak daripada jumlah penduduk yang mendiami suatu negara. Media sosial tidak hanya digunakan untuk menyampaikan informasi yang bisa dikreasi oleh pemilik akun, namun juga dasar portal untuk membuat jaringan pertemanan secara virtual dan medium untuk berbagi data seperti video, audio, gambar, dokumen dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun