Sobat Kompasiana yang saling menyayangi..
Orang tua pemadam kebakaran ? Apakah anda termasuk tipe ortu pemadam kebakaran ? dan siapa mereka ? kalau kita cermati, tentang petugas pemadam kebakaran dalam bekerja, mereka pasti akan sibuk manakala ada kebakaran. Ketika kebakaran, sibuk mempersiapkan mobil, keringat bercucuran, tenaga maksimal dan kadang bertaruh nyawa saat melakukan kerja.Â
Itu terjadi saat kebakaran dan mencoba untuk memadamkan api yang telah menelan. Lalu bagaimana kalau tidak ada kebakaran ?, mereka akan santai di kantor, menunggu informasi adanya kebakaran yang siap mereka padamkan.
Lalu apa hubungannya, antara petugas pemadam kebakaran dengan orang tua pemadam kebakaran ? Hal ini bisa dianalogikan, manakala ada anaknya melakukan ulah dan kesalahan, orang tua akan marah, memarahi tak ada habisnya. Namun, manakala anak telah berbuat kebaikan, orang tua akan santai saja, tidak menghargai dan tidak memberikan respon sebagai apresiasi perbuatan anaknya.
Sobat Kompasiana..sebelumnya saya tanya terlebih dahulu, Anda punya anak ? Berapa anak anda ? satu / dua / tiga ? bagaimana kondisi anak-anak ? Apakah anak-anak anda sering berkelahi ? Lalu apa yang anda lakukan ketika anak anda berkelahi, Â apakah anda marah ? menasehati ? ataukah akan memukul ? Anda akan melakukan banyak tindakan, dari mulai menasehati anak, memarahi anak dan berbagai cara lainnya menunjukkan bahwa perbuatan berkelahi itu salah dan jangan diulangi lagi.
Kalau tindakan anda diam saja, maka anda  adalah orang tua bertipe pemadam kebakaran
Orang tua  tipe seperti itu,menasehati anak hanya ketika anak melakukan ulah atau kesalahan,  biasanya tidak bisa memecahkan masalah, malah sikap anak akan menjadi-jadi.
karena anak akan merasa, ia mendatkan perhatian orang tua, manakala ia berulah dan melakukan kesalahan. Sehingga akan selalu berulah dan nakal.Â
Beberapa dampaknya adalah
- Akhirnya anak kontra produktif, selalu berulah
- Anak kita tidak paham mana sebenarnya yang baik, ketika berbuat baik tidak ada pujian. Barometer kebaikannya akan berkurang
- Islam mengenal adanya amar ma'ruf nahi munkar, ketika ada kemunkaran itu perlu ditegur. Namun, kebanyakan menegur setelah berbuat kesalahan. Semestinya bisa memberikan nasehat, saat anak sedang stabil. Maka perlu menerapkan "pencegahan lebih baik daripada pengobatan".Â
- Jadi tegurlah anak pada saat sedang stabil, nasihat, cenderung menerima. Berbeda ketika dia sedang melakukan kesalahan, akan labil, malu, khawatir, takut, minder karena melakukan kesalahan. Ketika label sangat rentan ketika ditegur.
- Mengingatkan anak saat stabil, biasanya akan lebih masuk daripada saat anak sedang labil dan melakukan kesalahan