Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembalasan Korban "Bully" Berujung Celaka

29 April 2018   23:02 Diperbarui: 29 April 2018   22:59 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
scitechconnect.elsevier.com

Kali ini, penulis kembali lagi ingin membuktikan bahwa bully an terhadap dirinya harus dihentikan dan tidak ingin dianggap lemah. Kejadian sama saat penulis menuju ke mushola untuk sholat, namun kali ini Shalat Isya. Dari dua hari sebelumnya, anak tersebut selalu mengejek dan membuat jengkel penulis.

Kejadian berawal saat penulis menjalankan shalat sunnah qobliyah Isya, pembully berada di depan penulis dan menarik-narik sajadah serta mengganggu shalat. Seusai shalat sunnah, kebetulan anak pembully itu ada di depan mushola, langsung saja penulis memukul wajahnya sekali. Sekaligus ingin mempraktekkan ilmu tiupan, kalau marah bisa dicoba tidak ?

Lagi-lagi langsung dilerai oleh jamaah lain dan bersamaan dengn iqomat, sehingga langsung melaksanakan sholat Isya. Penulis berpikir hanya ingin menghajarnya sebagai peringatan saja agar dia tidak membully lagi.

Hari berikutnya seperti tidak ada apa-apa, penulis pun sudah menganggap urusan sudah selesai dan berharap yang telah dipukul wajahnya oleh penulis itu sudah tidak apa-apa. Namun, di sore hari saat penulis duduk-duduk di depan rumah, tiba-tiba terdengar dari kejauhan suara ibu-ibu teriak, mana Lukman...mana Lukman...dia telah memukuli anak saya...saya tidak terima !!! . Ternyata, ibu dari anak yang membully penulis dan sudah dipukul 1 hari yang lalu menyatroni rumah penulis.

dok. pribadi
dok. pribadi
Ketakutan yang berlebihan yang dialami penulis saat itu, sehingga langsung sembunyi dan tidak berani menemui orang tua anak yang telah dipukul. Katanya, anaknya dipukuli sehingga memar dan wajahnya luka parah. Koq bisa ? padahal hanya sekali memukul. Entah, penulis belum pernah lihat bagaimana kondisinya.

Kedua orang tua anak tersebut, malamnya datang lagi ke rumah penulis dan meminta pertanggung jawaban. Posisi penulis saat itu bersembunyi di WC atau kamar mandi dengan ketakutan yang sangat. Sejak itulah, rute perjalanan penulis menuju tempat pengajian diubah memutar dua kali lebih jauh. Karena ketakutan, kalau harus melewati rumah saudara anak yang dipukul oleh penulis. 

Sejak saat itu juga, gaya jalannya penulis pun sangat cepat yang akhirnya berimbas sampai dewasa. Alasan cepat, setelah beberapa bulan penulis memberanikan diri kembali melewati rute yang dulu. Meskipun harus berjalan cepat untuk menghindari saudara dari pembully yang sudah dipukul itu di luar rumah dan mengancam, karena sebelumnya pernah mengancam saat bertemu dengan penulis setelah kejadian itu

Lalu, apakah berdampak dengan pribadi penulis setelah kejadian itu ? Ikuti kisah nyata selanjutnya di Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun