Tidak pernah terbesit dalam bayanganku, sejak kecil sampai usia sekitar 15 tahun selalu menjadi bahan olok-olokan teman bermain dan satu sekolah. Waktu itu, belum kenal istilah "bullying", hanya saja penulis simpulkan bahwa dahulu pernah mengalami bullying hingga terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Berbagai model bully yang penulis alami sejak zaman masih duduk di bangku sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat Sekolah Dasar (SD) diantaranya :
Menjadi bahan candaan yang berlebihan
Masih teringat jelas masa-masa kecil saat penulis menginjak kelas 3 MI, hanya memiliki beberapa teman saja yang mau bersama. Ada teman tertentu yang selalu mengganggu penulis, seperti menyembunyikan sandal seusai shalat berjamaah di Mushola, becanda berlebihan hingga membuat penulis menangis, mengejek penulis yang saat itu sempat berteman dengan perempuan karena lebih nyaman dan tidak diejek terus. Kalau dihitung ada 5 orang di sekitar tempat tinggal penulis.
![(Dok. Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/04/28/68-5ae48f3fdcad5b73304de853.jpg?t=o&v=770)
Menginjak ke kelas V, penulis pindah rumah ke Kecamatan lain dan bertemu dengan teman baru dan suasana lingkungan baru. Ternyata penulis masih mengalami baik di lingkungan sekitar maupun di Sekolah. Kalau di Sekolah, teman-teman membully dengan cara menjodohkan atau memasangkan dengan murid perempuan. Kalau bahasa jawanya  "wadan-wadanan", memanggil nama dengan nama teman perempuan.
Penulis tidak pernah berani menemui perempuan yang dimaksud untuk ngobrol. Bully an lainnya dengan menyebut nama orang tua disertai candaan. Kebetulan orang tua penulis bernama Samsudin, sehingga saat beraktifitas atau kerja bakti sekolah, teman-teman serentak mengatakan, DJI.....SAM....SOE....lalu semua bersamaan mengucapkan DIIIIN.
Masa itu, mengundang nama teman dengan candaan nama orang tua seringkali membuat emosi atau marah. Sehingga sering hampir terjadi kontak fisik antara penulis dengan teman.
Masa SMP ternyata tidak jauh beda, hampir satu kelas membully, ketika mereka serentak menuduh penulis itu kentut. Ada yang mengawali," Siapa yang kentut ?, Semua menjawab ,Lukmaaan (nama panggilan penulis). Akhirnya membuat penulis tersipu malu.
Ketahuilah, korban bully cenderung akan membully yang lebih lemah dibanding dirinya
Ini fakta, dialami penulis saat dibully oleh teman lain, ternyata juga meluapkan bully annya lagi ke teman yang lebih lemah. Ada teman tertentu yang dibully oleh penulis, hal ini ingin merasakan bagaimana dibully.