Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Korban "Bully" sejak Kecil hingga Masa SMP

28 April 2018   22:16 Diperbarui: 28 April 2018   22:55 2071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak pernah terbesit dalam bayanganku, sejak kecil sampai usia sekitar 15 tahun selalu menjadi bahan olok-olokan teman bermain dan satu sekolah. Waktu itu, belum kenal istilah "bullying", hanya saja penulis simpulkan bahwa dahulu pernah mengalami bullying hingga terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Berbagai model bully yang penulis alami sejak zaman masih duduk di bangku sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat Sekolah Dasar (SD) diantaranya :

Menjadi bahan candaan yang berlebihan

Masih teringat jelas masa-masa kecil saat penulis menginjak kelas 3 MI, hanya memiliki beberapa teman saja yang mau bersama. Ada teman tertentu yang selalu mengganggu penulis, seperti menyembunyikan sandal seusai shalat berjamaah di Mushola, becanda berlebihan hingga membuat penulis menangis, mengejek penulis yang saat itu sempat berteman dengan perempuan karena lebih nyaman dan tidak diejek terus. Kalau dihitung ada 5 orang di sekitar tempat tinggal penulis.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Selain itu juga, di Sekolah ada satu orang yang selalu mengancam untuk bisa diberikan jawaban soal apabila melaksanakan Tes Hasil Belajar (THB) pada tiap catur wulan.  Meskipun hampir sebagian besar berteman dan tidak merasa di bully, namun ancaman yang sering dialami penulis oleh satu orang tersebut masih diingat.

Menginjak ke kelas V, penulis pindah rumah ke Kecamatan lain dan bertemu dengan teman baru dan suasana lingkungan baru. Ternyata penulis masih mengalami baik di lingkungan sekitar maupun di Sekolah. Kalau di Sekolah, teman-teman membully dengan cara menjodohkan atau memasangkan dengan murid perempuan. Kalau bahasa jawanya  "wadan-wadanan", memanggil nama dengan nama teman perempuan.

Penulis tidak pernah berani menemui perempuan yang dimaksud untuk ngobrol. Bully an lainnya dengan menyebut nama orang tua disertai candaan. Kebetulan orang tua penulis bernama Samsudin, sehingga saat beraktifitas atau kerja bakti sekolah, teman-teman serentak mengatakan, DJI.....SAM....SOE....lalu semua bersamaan mengucapkan DIIIIN.

Masa itu, mengundang nama teman dengan candaan nama orang tua seringkali membuat emosi atau marah. Sehingga sering hampir terjadi kontak fisik antara penulis dengan teman.

Masa SMP ternyata tidak jauh beda, hampir satu kelas membully, ketika mereka serentak menuduh penulis itu kentut. Ada yang mengawali," Siapa yang kentut ?, Semua menjawab ,Lukmaaan (nama panggilan penulis). Akhirnya membuat penulis tersipu malu.

Ketahuilah, korban bully cenderung akan membully yang lebih lemah dibanding dirinya

Ini fakta, dialami penulis saat dibully oleh teman lain, ternyata juga meluapkan bully annya lagi ke teman yang lebih lemah. Ada teman tertentu yang dibully oleh penulis, hal ini ingin merasakan bagaimana dibully.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun