Mohon tunggu...
WAHID HASIM
WAHID HASIM Mohon Tunggu... Guru - Baca dan baca lalu tulislah

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dipersimpangan Jalan Mencari Kebenaran

8 Juni 2024   10:39 Diperbarui: 14 Juli 2024   20:57 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia terlahir ke dunia terdiri dari dua unsur materei dan immateri (spiritual), jasmani ruhani, lahir batin. Pemenuhan asupan  keduanya pun  harus berkeseimbangan, agar terjaga kesehatan jasmani dan ruhaninya. Kesehatan jasmani terjaga denga mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup dan bergizi. Begitu juga ruhani, harus diperhatikan dan dipenuhi.Suplemen ruhani berupa ajaran-ajaran, nasehat, doktrin kebaikan yang diyakini kebenarannya (agama). Suplemen manusia baik pemenuhan keperluan materi berupa makan minum yang cukup maupun ruhani dalam bentuk agama akan menjaga keseimbangan kesehatan manusia jasmani ruhaninya.

 Dalam satu abad terakhir, sains dan teknologi telah menjadi salah satu penggerak dominan perubahan sejarah umat manusia. Cara hidup, bekerja , berkomunikasi, berbelanja, berwisata, bersekolah, bahkan beragama difasilitasi -- sekaligus ditentukan oleh teknologi komunikasi dan informasi. Kemajuan  teknologi komunikasi dan informasi telah banyak merombak tatanan yang ada, banyak  pekerjaan yang sebelumnya dilakukan secara manual oleh manusia kini diambil alih oleh mesin, elektronik - era digital telah menggantikan banyak posisi manusia.

Manusia yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi,  mampu memenuhi fasiliatas hidupnya, ia dapat mencukupi semua keperluannya hanya dari satu tempat. Siapa yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi, ia dapat mengendalikan hidup orang disekelilingnya. Dengan kemampuan finansial yang dimilikinya -- orang dapat membeli semua fasilitas hidup untuk memenuhi semua hajat hidupnya secara materi di dunia.

Agama dengan seperangkat norma dan aturannnya yang memberikan batasan -- batasan dan ketentuan -- ketentuannya dianggap tidak relevan lagi. Tatanan  agama yang mengarahkan manusia, baik cara hidup, pekerjaan, bermasyarakat, jual beli, pendidikan, bahkan -- cara pandang tentang ketuhahanan pun bila tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara empirik dikesampingkan -- dinafikan. Agama dianggap sebagai kumpulan aturan dan norma -- norma yang tidak bisa menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Agama dianggap sebagai  penghambat dan pembatas ruang lingkup kemajuan manusia yang bersifat materi -- lahiriah.

Pada domain agama  bermain pada dimensi lain kehidupan manusia ; moral,  dan spiritualitas. Dalam Islam diajarkan etika bekerja; apapun profesi pekerjaan manusia, sebagaimana diisyaratkan dalam al qur'an. Silahkan manusia bertebaran mencari karuniaNya , rizki, pendapatan untuk memenuhi keperluannya, tapi ketika datang panggilan shalat harus berhenti sejenak untuk menunaikannya. Dalam shalat manusia memanjatkan do'a, tugasnya mencari karunia-Nya sudah ditunaikan, sedikit banyak rizki yang didapat hari itu semua dipasrahkan kepada Allah yang menentukan. Ini mengisyaratkan bahwa berapapun rizki yang diberikan pada manusia, sejatinya itu adalah bagian, jatah dari Allah yang tidak mungkin tertukar satu dengan lainnya. Hal ini juga memberi pesan  pada manusia, sedikit banyaknya pendapatan manusia itu sudah merupakan ketentuan-Nya yang harus disyukuri. Apapun profesi pekerjaan yang dipilihnya harus dijalani dengan penuh rasa syukur. Disinilah manusia diwajibkan mengakui "keterlibatan" Allah Tuhan manusia dalam mengatur dan mendistribusikan rizki kepada seluruh manusia dipenjuru bumi ini.

Namun tak sedikit yang menganggap agama kini tidak relevan lagi. Kehadiran dan kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi bila tidak didasari keyaknan agama akan semakin menjadikan manusia semakin menjauh kalau tidak mau dikatakan tidak perlu tuhan lagi, atau tidak percaya kepada tuhan lagi (Atheis). 

Belakangan mulai trend bahkan tidak malu-malu banyak kawula muda yang memproklamirkan diri tidak percaya sama Tuhan. Ada juga dari keluarga yang taat beragama, tapi anaknya tidak percaya kepada Tuhan. Bahkan orang tuanya pun atas alasan hak asasi tidak mau memaksakan anaknya untuk memeluk agama yang dianut orang tuanya. Jauh-jauh hari al Qur'an sudah mengingatkan  dalam surat al Baqarah ayat 133.".....ketika dia (Ibrahim) berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu , yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishak (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepadaNya." Ayat ini memberi pesan kepada orang, bahwa orang tua harus memberi bekal anak-anaknya  tentang nilai-nilai agama sebelum baligh.

Seiring perjalanan waktu anak yang beranjak dewasa dan telah meyakini ajaran agama yang diajarkan orang tuanya.Berbagai pengetahuan yang masuk kedalam otaknya memberi energi keyakinan agamanya.Pertanyaan -- pertanyaan yang sering ada dibenak generasi muda seperti, Kenapa harus beragama.?,  Kenapa harus menjalankan syariat yang diperintahkan agama?, Kenapa harus menjauhi larangan-larangan agama yang mengasyikan di dunia?. Pertanyaan -- pertanyaan itu akan dijawab dengan kemampuan logika beragamanya yang dibimbing syariat agama yang diyakininya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun