[Foto:Dokumentasi Pribadi]
Foto di atas adalah sungai atau kanal yang membelah jantung kota Göteborg, Swedia. Tepat di depan kantor pemerintah kota. Sungainya jernih & bersih. Hampir nihil dari sampah.
Sungai itu merupakan salah satu tempat favorit warga kota, apalagi di musim semi seperti ini; berjemur menikmati sinar mentari. Sungai itu menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk bebek-bebek, angsa, burung dara, dan burung-burung camar. Kalau kita perhatikan lebih jeli, ikan-ikan pun berenang riang di dalamnya.
Sungai itu tidak bersih begitu saja, tetapi dijaga agar tetap bersih dan jernih. Sungai itu bersih dari mulai ujung hulu sampai ke hilirnya. Pemerintah kota, apalagi warganya saling menjaga agar sungai itu tetap bersih dan jernih. Dengan penuh kesadaran, warga tidak membuang sampah di sungai. Limbah rumah tangga, kantor, dan limbah industri/pabrik dibuang di saluran khusus, bukan ke badan sungai. Alhasil, sungai terjaga tetap bersih dan jernih.
[Foto:Dokumentasi Pribadi]
Danau Delsjön, salah satu hulu sungai-sungai di Göteborg.
Bayangkan, andaikata sungai itu adalah sungai Citarum yang membelah Jawa Barat tercinta. Andaikan sungai Citarum bersih & jernih. Andaikan bebek-bebek, angsa-angsa, dan ikan-ikan berenang riang. Pasti kita pun akan senang bermain di sepanjang sungai Citarum. Dan, Citarum menjadi kebanggaan kita semua, menjadi kebanggaan Jawa Barat, dan Indonesia.
'Membersihkan' sungai Citarum bukan hanya sekedar masalah bagaimana ’mengangkat’ sampah dari sungai saja. Kotornya sungai Citarum adalah cerminan dari kultur budaya masyarakat kita. Terutama yang berada di sepanjang sungai Citarum. Kotornya sungai Citarum hanyalah muara dari 'budaya sampah' masyarakat kita yang sudah ’ruwet buntet’ (Baca: Cerita Sampah, Masalah, & Solusinya). Selembar plastik yang dibuang ke sungai, sekantong sampah yang dilempar ke sungai, saluran limbah rumah tangga, dan saluran limbah pabrik adalah penyebabnya.
Huueeekkkk......Jadi pingin muntah kalau ingat waktu ambil foto ini.[Foto:Dokumentasi Pribadi]
’Membersihkan’ sungai Citarum mesti dilakukan secara menyeluruh, tidak bisa sepotong-sepotong, dan dilakukan oleh banyak pihak (Baca: Tiga fokus pengelolaan sampah). ’Membersihkan’ sungai Citarum adalah program jangka panjang sepanjang sungai Citarum itu sendiri. Program itu mencakup rehabilitasi lahan di hulu sungai Citarum, merobah paradigma masyarakat di sepanjang sungai, mengangkat sampah yang sudah terlanjur numpuk di sungai, memperbaiki DAS, hingga bagaimana mengalihkan pembuangan limbah yang mengarah ke sungai.
’Membersihkan’ sungai Citarum mesti dilakukan oleh semua pihak, para pemangku kepentingan sungai Citarum. Tidak bisa pemerintah sendiri, tetapi oleh seluruh masyarakat, LSM, dan juga industri. Perlu ada langkah bersama yang terpadu dan berkesinambungan.
Langkah awal bisa dimulai dari bagaimana merobah paradigma masyarakat tentang sampah dan sungai Citarum. Merobah paradigma masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang paling sulit dan rumit (Baca: Merobah Paradigma Masyarakat). Merobah kultur dan budaya tidak dilakukan secara instant, tetapi kontinyu dan perlahan-lahan. Di mulai dari diri kita sendiri, di mulai dari keluarga kita, dan lingkungan kita. Anak-anak sekolah sudah diberi pengertian tentang sampah, jangan membung sampah ke sungai, dll. Namun itu saja tidak cukup, kita sendiri juga mesti mencontohkan kepada anak-anak kita bagaimana membuang sampah yang benar.
Sampah-sampah organik bisa dibuat kompos. Unit-unit kecil pengolahan sampah organik bisa galakkan di sepanjang aliran sungai Citarum (Baca: Pengomposan Sampah Warga). Kompos-kompos yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk memupuk tanaman-tanaman yang ditaman di sepanjang sungai. Atau dibuat taman-taman kecil di sepanjang sungai.