Mohon tunggu...
Jogja Thegreat
Jogja Thegreat Mohon Tunggu... -

nama saya abimanyu lazuardi. aktivitas saya sehari hari sebagai pedagang buku keliling di jogjakarta. salah satu hobi saya adalah menulis. dengan berjalan berkeliling saya banyak melihat berbagai macam hal dan kejadian. dengan membaca buku saya menjadi mengetahui berbagai macam hal dan kejadian. semoga dengan menulis saya bisa berbagi berbagai macam hal dan kejadian.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untukmu yang Selalu Memanggilku Nyuk...

1 September 2011   06:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:19 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

untukmu yang selalu memanggilku nyuk...

Masih pagi di sini kasihku, masih terlalu pagi untuk meratapi semua yang harus hilang. Semua memang harus pergi karena tidak pernah ada yang abadi di dunia ini. Aku menyadarinya dan harus bisa kuat menghadapinya. Aku bukan mau meminta atau bahkan menangis di hadapanmu. Aku hanya ingin sedikit mengenang kebersamaan kita. Ya, sedikit saja ijinkan aku untuk mengenangnya sebelum aku menghapusnya dari lembar hidupku.

Masih pagi juga saat itu kasihku, saat sinar mentari belum mampu menembus embun pagi di sudut jalan braga. Kulihat sembab wajahmu oleh lelah perjalanan semalam. Terlihat dengan jelas di sudut matamu letih yang luar biasa, rambut hitam indahmu tergerai dengan kusutnya menutupi kesedihan yang selalu dengan rapat kamu sembunyikan dari dunia. Aku mengagumimu sebagai seorang wanita yang luar biasa hebat dan tegar. Sejak pagi yang berembun saat itulah aku pastikan hatiku hanya untukmu. Ya, hanya untukmu yang telah dengan sabarnya menuntunku keluar dari kegelapan. Cinta memang aneh kasihku, datang tak pernah berjanji dan pergipun juga tak pernah memberi.

Masih pagi juga saat itu kasihku, saat aku memelukmu dan membisikkan kata cinta di telingamu. Aku melihatmu masih tertidur pulas, aku juga tak tau apakah kamu mendengarnya atau tidak. Tapi yang pasti kutahu saat itulah aku merasakan kebahagiaan yang belum pernah kurasakan selama hidupku. Atau mungkin kebahagiaan terakhir sebelum aku meninggalkanmu dengan kebingungan yang luar biasa hebatnya. Aku pergi meninggalkan ketakutan yang hebat di matamu, meninggalkan ketidakpastian yang bahkan tak terkatakan di bibirmu.

Masih pagi juga saat itu kasihku, saat kudengar sebuah kalimat yang sederhana yang maha dahsyat dari bibirmu. Kalimat yang membuatku masih bisa bertahan sampai saat ini. Kamu memang malaikatku, kamu bisa melewati semua tanpa ada siapapun di sisimu. Aku malu. Aku malu kasihku, karena aku tak pernah menyadari hadirmu yang begitu berharga buatku.

Kini untuk kesekian kalinya aku menyakiti hatimu kasihku, aku tau itu sangat menyakitkanmu. Aku hanya mencoba jujur dan memulai semuanya dari bawah lagi. Seperti apa yang selalu kamu katakan padaku selama ini. Aku mengerti jika kamu takkan bisa menemaniku lagi membangun semuanya dari awal lagi, aku tidak menyalahkanmu. Jika dulu kamu bisa menghadapi semuanya sendirian kenapa aku tidak. Kamu berhak mendapatkan kebahagiaanmu yang selama ini sudah aku belenggu, aku mencintaimu tapi aku juga tidak boleh egois. Pergilah, kejarlah semua mimpimu. Sekarang giliranku mendukungmu sekuat tenaga. Sebatas aku bisa. Aku menjadikanmu mimpiku, mimpi yang harus kujaga dan kukejar selalu. Aku akan selalu ada untukmu. Berjalanlah terus kasihku, jangan pernah menengok ke belakang karena hanya ada aku masa lalumu. Aku akan terus di belakangmu sampai kamu temukan mimpi dan kebahagiaanmu.

Dan akhirnya kasihku, di pagi ini aku yang masih dan akan selalu mencintaimu hanya bisa menulis ini karena perasaanku takkan pernah terwakili oleh apapun.

_semoga bisa kulawan kesepianku, semoga kepergianmu takkan merubah apapun_JIKUSTIK

Jogja di suatu pagi yang sedih.

abimanyu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun