Mohon tunggu...
Abilius EAN
Abilius EAN Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Siswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kosakata Anak dalam Dunia Digital

19 Mei 2024   23:56 Diperbarui: 20 Mei 2024   00:27 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada usia 12-18 bulan, anak biasanya akan mengeluarkan kata-kata pertamanya. Biasanya anak akan mengeluarkan 20 kata lebih pada bu. 24 bulan kemudian atau saat anak berumur tiga tahun anak tersebut akan sudah mulai cukup lancar dalam berbicara. Kata-kata yang akan ia gunakan biasanya merupakan bahasa yang sering orang tuanya gunakan atau coba supaya anak tersebut gunakan seperti mama atau papa. Bahasa yang digunakan anak tersebut biasanya merupakan bahasa yang orang tuanya gunakan. Maka kita sebagai orang Indonesia tidak akan heran jika seoarang anak Inggris bisa lancar berbahasa inggris meskipun dia masih berumur tiga tahun.

Menurut beberapa penelitian, seorang anak kecil dapat menggunakan suatu bahasa jika lingkungan sekitarnya menggunakan bahasa tersebut. Maka anak yang tinggal di Indonesia akan berbahasa Indonesia, anak yang tinggal di inggris akan menggunakan bahasa inggris, anak yang tinggal di china akan menggunakan bahasa mandarin, dan kombinasi anak dan tempat lainnya. Ada juga anak yang hidup dalam rumah yang multilingual (dapat menggunakan lebih dari satu bahasa) sehingga anak tersebut dapat menggunakan dua bahasa atau lebih. Hal ini disebabkan anak lebih mudah untuk menerima bahasa baru karena tidak ada peraturan dan tata cara yang mengekang dirinya untuk berbicara.

Selain tinggal di lingkungan yang menggunakan bahasa berbeda. Media dan Hiburan dapat mempengaruhi cara anak menggunakan bahasa. Seperti anak remaja 2000an pada umumnya akan menggunakan slang atau kata tidak baku karena bentuk hiburan yang mereka terima biasanya menggunakan kata-kata tersebut dan dalam upaya meniru hidup orang yang berada dalam dunia hiburan tersebut anak remaja akan menggunakan slang dan kata gaul tersebut karena pengaruhnya dalam televisi dimana dalam tayangan telivisi masih ada regulasi dan sensor yang cukup ketat. Beda dengan sekarang dimana media dan hiburan kita dapatkan dari internet.

Internet merupakan sebuah tempat dimana segala konten dan informasi dapat kita akses dengan berbagai macam cara. Meskipun sudah diboklir oleh pemerintah pasti akan ada berbagai macam cara lain yang dapat digunakan untuk melihat atau mengakses konten yang sama atau serupa. Hal ini membuat semua orang termasuk anak kecil dapat melihat konten-konten yang beragam. Terdapat konten yang baik dan terdapat konten yang buruk. Banyak dari konten yang baik mencapai kedalam tontonan anak kecil tetapi banyak juga konten yang tidak jelas menjadi sasaran anak kecil. Hal ini dikarenakan banyak dari konten tersebut dibuat khusus untuk anak kecil yang belum mengerti apa-apa. Hal ini membuat anak kecil sekarang senang menggunakan kata kasar atau kata tidak jelas seperti skibidi. Sama seperti kasus remaja 2000an, banyak dari pembuat media hiburan tersebut ingin menjual sebuah lifestyle kepada penontonnya. Jika pakaianan dan harta tidak dapat tercapai, maka salah satu cara yang tergampang adalah gaya bicara. 

Kita sekarang sering mendengar anak sd atau smp menggunakan kata kasar dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini dikarenakan mereka hidup di dunia dimana kata-kata tersebut tidak memiliki arti yang sesignifikan yang biasanya kata tersebut diasosiasikan. Sama seperti bayi dapat belajar bahasa Indonesia karena tinggal di lingkungan yang sering menggunakan bahasa Indonesia. Seseorang dapat sering menggunakan kata kasar di lingkungan yang sering menggunakan kata kasar. Lingkungan ini tidak hanya dalam dunia nyata tetapi dunia maya juga bisa ikut campur dan menghasilkan sebuah diasosiasi antara dunia maya dan dunia nyata. Seorang anak yang sering bermain handphone akan menirukan apa yang dia tonton. Pertama karena para pembuat video tersebut ingin menjual hidupnya sehingga lebih banyak orang mengikutinya dan kedua karena dia mengikuti apa yang lingkungannya berikan.

Maka dari itu, sebagai orang tua kita dapat menggunakan hal tersebut untuk mencegah dan membantu anak kita dalam mencapai tujuannya. Jika kita menginkan anak yang dapat menggunakan berbagai macam bahasa dari kecil, kita perlu memberikan anak tersebut video-video atau konten-konten yang menghibur dan juga menggunakan bahasa lain tersebut. Sehingga jika anak tersebut hidup dalam lingkungan dengan bahasa beragama, anak tersebut akan dapat belajar bahasa yang beragam. Selain itu untuk menghindari anak menggunakan kata-kata kasar. Kita dapat menjauhinya dari video-video atau konten-konten yang memiliki kata-kata yang kita tidak mau anak kita katakan. Sebagai orang tua kita harus memberikan anak kita kemandirian untuk memilih pilihannya sendiri tetapi terkadang kita juga harus tegas dalam hal-hal yang tidak boleh ia pilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun