Miris menulis ini namun sebagai bagian dari generasi muda Maluku, saya harus berani ketika melihat tingkah laku para elit politik bersepeda riah sedangkan di tiap camp pengunsian, anak-anak, perempuan, dan lansia sedang menanti harapan. Kapan bapak/ibu pejabat datang menjenguk kami.
Saya tidak bisa membayangkan, kok bisa ya? setegah itu, para elit politik itu. Menampilkan barisan yang jauh dari kemanusiaan diruang publik. Mereka mungkin memandangi kemanusiaan hanya sebatas segelintir orang yang bersepeda saja, sehat dan bugar itu kemanusiaan bagi mereka.
Bukan saja itu, pagi tadi menurut informasi yang saya dapatkan dari warga yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatkan bahwa gerombolan elit politik tidak hanya bersepeda namun juga berjoget dan makan siang di Natsepa. Widih joget Kaka Enda kapa e?
Disaat situasi bencana gempa bumi sedang menakuti warga Ambon dan sekitarnya. Mengapa potret aktivitas seperti bersepeda tidak dimanfaatkan dengan baik. Kok malah jadi bobrok sih para elit ini, aneh.
Padahal biar lebih kongrit, gerakan bersepeda atau joget bisakan ditunda? dan lebih fokus pada hal-hal yang prioritas dulu. Atau lebih enaknya lagi, acara sepedanya tetap berjalan sembari membagi bantuan bagi korban pengunsian. Kan lebih keren to lihatnya?
Perlu diketahui, kegiatan bersepeda yang dilakukan para elit politik di Ambon merupakan lanjutan dari Tour D, Ambon Manise II pada 28-29 September 2019. Dimana Pemerintah Provinsi Maluku, Polda Maluku dan TNI Pattimura Maluku, dengan disuportby oleh Pertamina, Jasa Raharja, Telkomsel dan ada beberapa perusahan lainnya.
Pasti ada yang akan mengomentari ketika tulisan ini dibaca bahwa "kalau agenda yang dilakukan Pemrov itu sudah jauh-jauh hari direncanakan". Ok saya paham. Seperti yang tadi saya jelaskan diatas, apakah kegiatan ini tidak bisa ditunda, atau timbul pertanyaan dari saya kenapa tidak bersepeda sambil mengunjungi camp-camp pengunsian warga sembari membagi bantuan. Bukannya lebih berpahala itu?
Situasi yang ditunjukan para elit sedang mengingatkan kita semua bahwa Ambon dalam keadaan krisis kemanusiaan dan para elitnya sedang tidak baik-baik saja. Apakah harus diketokin kepalanya? Saya rasa jangan. Biarkan para siswa STM saja yang mengurus mereka.
Tapi sudahlah, besok mereka masih tapi tetap lanjut bersepeda mengelilingi Kecamatan Leihitu-Salahutu. Kalau pagi tadi mereka melintas BTN Manusela di Desa Kebong Cengkeh. Selepas itu mereka lanjut berjoget dan makan siang di natsepa. Mungkin untuk melepaskan dahaga di bawah tiupan angin ber-Ace.
Dikabarkan bahwa sebentar malam nanti, ada jamuan makan malam dan panggun hiburan di Lapangan Tantui. Â Tragedi seperti ini semakin menurungkan kepercayaan publik atas apa yang dilakukan para elit politik. Bukan saja di Ambon tetapi di seluruh daerah bila mengetahuinya.